Rabu 16 Jun 2021 12:15 WIB

BIN: Medsos Jadi Inkubator Radikalisme

85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto.
Foto:

Hoaks menjadi hal selanjutnya yang juga dia sebut perlu mendapat perhatian saksama, terlebih yang terkait isu SARA. Wawan menyatakan, penyebaran kabar bohong terkait isu sensitif tersebut akan berdampak luas karena sifat media sosial yang mampu menyebarkan informasi secara cepat.

"Karena bisa masuk langsung ke gadget-gadget publik. Kemudian, pengguna internet di Indonesia juga menukik tajam secara signifikan peningkatannya," ujar Wawan menerangkan.

Lalu, dia menyebut, soal separatisme Papua. Wawan mengatakan, hal itu merupakan salah satu ancaman yang dapat menciptakan disintegrasi bangsa. Selain merongrong kewibawaan negara, kata dia, kelompok sparatisme terindikasi menjadi salah satu sumber konfik dan pembangunan di Papua.

"Dan, ini kita lakukan upaya-upaya penanganan secara komprehensif dan berkelanjutan tanpa menghambat upaya membangun Papua secara cepat supaya mengejar ketertinggalan dari provinsi lain," tutur Wawan.

Selanjutnya, yakni serantan siber. Wawan mengungkapkan, ancaman siber menjadi hal yang sulit dihindari di tengah masifnya penetrasi internet. Apalagi, kata dia, pemahaman soal keamanan siber masyarakat Indonesia masih perlu terus dilakukan pembenahan.

 

"Sehingga terjadi kemudahan-kemudahan peretasan. Serangan hacker yang terus terjadi berpotensi menghambat digitalisasi ekonomi dan rentan memicu pesimisme publik terhadap program revolusi industri 4.0 yang saat ini terus diptimalkan pemerintah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement