Selasa 15 Jun 2021 11:06 WIB

Bisakah Indonesia Belajar dari Efek Varian Delta di Inggris?

Sebanyak 90 persen pasien Covid-19 baru di Inggris terdeteksi dengan varian Delta.

Pasien dibawa menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). PM Boris Johnson menunda pengumuman pelonggaran kebijakan lockdown hingga empat pekan lagi karena kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Delta yang tinggi.
Foto:

Virus Corona Varian Delta dari India atau B1617.2 dipastikan sudah masuk ke Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan varian itu ditemukan di Kudus, DKI Jakarta dan Bangkalan.

Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Gunadi, menyatakan varian Delta mampu menurunkan kemampuan respons sistem imun manusia. "Jadi, lebih mudah terpapar meskipun sudah divaksinasi atau sudah terinfeksi sebelumnya," kata Gunadi saat dihubungi di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, kekebalan tubuh yang biasanya mampu merespons setiap infeksi virus, kemampuan responsnya menjadi menurun dengan masuknya varian Delta. "Respons (imun) terhadap infeksi Covid-19 yang timbul baik infeksi alamiah maupun karena vaksinasi itu berkurang," kata dia.

Selain menurunkan respons sistem imun, menurut dia, varian Delta juga terbukti lebih cepat menyebar dibandingkan varian lainnya seperti varian Alfa atau B117 dari Inggris. "Ternyata 50-60 persen lebih cepat menyebar dibandingkan dengan Alfa," kata dia.

Kecepatan penularan varian Delta itu, menurut dia, antara lain dapat dilihat pada kasus yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah. Merebaknya penularan varian Delta di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah telah dipastikan berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Pokja Genetik FKKMK UGM yang keluar pada 11 Juni 2021.

Ia menjelaskan dari 34 sampel yang diperiksa, 28 di antaranya terkonfirmasi sebagai varian Delta. Dari kasus yang terjadi di Kudus menunjukkan kemungkinan besar adanya transmisi lokal varian Delta.

"Sebelumnya sudah terdeteksi beberapa kasus, namun bersifat acak, dan sekarang sudah menjadi klaster di daerah Kudus. Artinya, kemungkinan besar sudah terjadi transmisi lokal di Indonesia, khususnya di Kudus. Tidak menutup kemungkinan transmisi lokal juga keluar dari Kudus," kata dia.

Gunadi mengatakan varian Delta telah ditetapkan WHO menjadi Variant of Concern (VoC) pada tanggal 31 Mei 2021 karena berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat secara global. Varian ini dimasukkan dalam kategori VoC karena memenuhi satu atau lebih dari tiga dampak yang ditimbulkan yakni daya transmisi, tingkat keparahan pasien, dan mempengaruhi sistem imun manusia.

Mengingat dampak yang ditimbulkan varian delta cukup serius, Gunadi meminta masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19 baik yang sudah maupun belum mendapatkan vaksin.

Untuk bisa mendeteksi lebih cepat varian baru Covid-19, pemerintah mempercepat proses WGS, sebagai cara untuk mendapatkan cetak biru genetik dari virus Covid-19. WGS juga dilakukan untuk mendapat informasi dan identifikasi mutasi baru serta melacak asal muasal virus, serta mencegah penularan yang lebih luas.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan, pelaksanaan WGS dipercepat menjadi sepekan, dari sebelumnya dua pekan. Percepatan ini diharapkan bisa membantu pengendalian Covid-19 yang lebih efektif.

"Pemerintah mendorong percepatan pelaksanaan pengecekan genome sequencing, yang selama ini dua minggu akan ditekan menjadi satu minggu," kata Airlangga dalam keterangan pers, Senin (14/6).

photo
Mutasi varian Covid-19 India - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement