Oleh : Prof Haedar Nashir, Ketua Umum Muhammadiyah
Ikhlas, Jujur, dan Amanah
Orang Muhammadiyah pada umumnya memiliki sifat ikhlas, jujur, dan amanah. Ikhlas selalu berbuat atau beramal dengan niat karena Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi. Jika karena tugas profesi atau duniawinya memperoleh konpensasi (ujrah) dia tidak menghalangi dan makin bergairah untuk berbuat yang sifatnya bernilai pahala (ajrah), sehingga berkiprah optimal dan tidak hitung-hitung dalam berjuang. Orang Muhammadiyah juga jujur yaitu lurus dalam berkata dan berbuat, sehingga selalu bertindak benar, baik, dan patut.
Orang Muhammadiyah memiliki sifat amanah, yaitu terpercaya atau dapat dipercaya, sehingga tugas atau jabatan apapun selalu dapat dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak mengejar jabatan dalam Persyarikatan maupun amal usaha, tetapi manakala diberi amanat ditunaikan dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Ketika tak menjabat pun tetap berjuang dalam Muhammadiyah dengan penuh gairah dan kegembiraan.
Cerdas Berilmu
Ciri anggota Muhammadiyah itu cerdas dan berilmu. Cerdas artinya selalu mengasah akal pikirannya sehingga jernih, logis, kritis, dan mampu menangkap yang terirat dari yang tersurat. Sedangkan berilmu artinya memiliki pengetahuan baik dalam ilmu keagamaan maupun umum sehingga menjadi alim, ulama, cendekia, inelektual, dan intelegensia.
Orang Muhammadiyah tidak kenal lelah untuk terus mengasah kecerdasannya dan meningkatkan ilmunya hingga menjadikannya sosok ulil albab (Qs Ali Imran: 190-191). Dengan kecerdasan dan ilmu yang dimilikinya mampu memperkaya khazanah pemikiran Muham madiyah, memecahkan masalah-masalah organisasi, serta memandu dan mencerahkan masyarakat di manapun berada.
Moderat Bijaksana
Orang Muhammadiyah itu dikenal tengahan (moderat, tawasuth) dan bijaksana sebagaimana tercermin dalam sepuluh sifat Kepribadian Muhammadiyah. Sifat moderat atau tengahan itu diajarkan Islam yaitu menjadi ummatan wasatha, baik dalam hal beragama maupun sikap hidup sehari-hari. Dalam hal beragama tidak ghuluw atau ekstrem.
Artinya dalam beragama seimbang antara beriaqidah-beribadah-berakhlak-bermuamalah, selaras dalam habluminallah dan habluminannas, serta antara dunia dan akhirat. Selain itu selaras antara orientasi kepentingan individu dan kolektif, lahir dan batin, kognisi-afeksi-psikomotor, serta selalu harmoni. Bijaksana artinya bersikap ihsan atau utama dalam segala hal melampaui sikap orang-orang awam. Dalam berdakwah dia hikmah, mendidik, dan dialogis (Qs An-Nahl: 125). Kalau melakukan kritik ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. Moderat-bijaksana bukan plin-plan, sebab tetap kuat pada prinsip.