REPUBLIKA.CO.ID, Sapto Andika Candra/Wartawan Republika
Berdasarkan data penambahan kasus Covid-19 harian yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19, tidak ada lonjakan jumlah kasus secara signifikan pasca-Lebaran yang lalu. Grafik menunjukkan memang ada kenaikan tren penambahan kasus positif Covid-19 mingguan. Akan tetapi tetap tak signifikan.
Terhitung pada dua pekan setelah Idul Fitri 2021, terjadi kenaikan kasus positif sebesar 56,6 persen. Angka ini masih lebih rendah dibanding kenaikan yang terjadi pada rentang waktu yang sama pascalebaran tahun lalu, yakni 65,5 persen.
Lantas apakah fenomena ini disebabkan tidak optimalnya tracing dan testing terhadap masyarakat?
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, data yang disajikan pemerintah selama ini bersumber dari data yang dikumpulkan oleh seluruh pemerintah daerah dan diakumulasi di bawah sistem Kementerian Kesehatan. Aktual atau tidaknya data, ujar Wiku, sangat bergantung pada sistem pelaporan dan transparansi pemda dalam melaporkan perkembangan terkini di lapangan.
"Untuk itu, kami terus dorong satgas daerah untuk berlomba-lomba perbaiki sistem pencatatan dan pelaporan masing-masing. Yang dilakukan secara paralel dengan upaya pemerintah pusat menjamin sistem data pusat daerah yang interoperabel," kata Wiku dalam keterangan pers, Jumat (4/6).
Wiku sendiri tidak membantah atau membenarkan terkait dugaan bahwa praktik testing dan tracing di lapangan tidak berjalan optimal. Ia justru menekankan bahwa kondisi pandemi Covid-19 di level nasional cukup terkendali.
"Dicerminkan dari data yang ada, merupakan hasil penerapan PPKM mikro yang sudah cukup efektif sehingga kasus di level mikro dapat lebih cepat terdeteksi dan segera peroleh penanganan," kata Wiku.