REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stasiun MRT Thamrin, diproyeksikan akan menjadi stasiun paling ramai dan terbesar karena berfungsi sebagai titik transit penumpang. Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar mengatakan Stasiun Thamrin akan menjadi titik temu yang terintegrasi dari kedua jalur MRT, yakni Utara-Selatan yang menghubungkan Lebak Bulus-Ancol Barat, serta jalur Timur-Barat yang menghubungkan Kalideres-Ujung Menteng.
"Karena ini akan menjadi stasiun terbesar dan teramai. Di sini kan Jalan Kebon Sirih, nanti MRT akan bangun Timur-Barat, di sini terjadi integrasi, akan terjadi pertemuan antara jalur Utara-Selatan dan jalur Timur-Barat," katanya, Jumat (28/5).
Oleh karenanya, Stasiun MRT Thamrin didesain memiliki 10 pintu masuk/keluar (entrance) sebagai akses penumpang. William memperkirakan ada 150 ribu orang berinteraksi di Stasiun Thamrin jika nantinya jalur utara-selatan dan timur-barat selesai pengerjaannya.
"Kalau hanya jalur utara-selatan saja, dari HI sampai Ancol, kira-kira sekitar 50 ribu orang. Dibandingkan Bundaran HI, hanya sekitar 20 ribu," kata Willy.
Ada pun Stasiun Thamrin ini membentang panjang 440 meter, tepatnya meliputi bawah JPO depan Hotel Sari Pacific hingga depan Kementerian ESDM. Saat ini pengerjaan Stasiun Thamrin sudah meliputi pembuatan dinding penahan (diaphragm wall) dan pengerjaan "guide wall".
Berbeda dengan Stasiun Monas, pengerjaan konstruksi di Stasiun Thamrin lebih menantang karena area proyek yang lebih sempit, serta adanya keterbatasan area karena rekayasa lalu lintas dari kedua arah Jalan MH. Thamrin.