REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, Suwarto mengaku, ada beberapa alat pendeteksi gempa yang akan dipasang di Jatim tahun ini. Di antaranya adalah penambahan seismograf yang rencananya dipasang di Kepulauan Kangean, Madura.
"Kemudian ada lagi tambahan untuk desiminasi atau pengiriman informasi gema bumi berupa Warning Receiver System (WRS) itu kita akan pasangan di 5 atau 6 lokasi di Jatim," kata Suwarto dikonfirmasi, Kamis (27/5).
Suwarto menambahkan, sebenarnya sudah cukup banyak alat pendeteksi gempa yang terpasang di Jatim. Seperti sensor accelerometer (accelerograph) yang berfungsi untuk merekam percepatan pergerakan tanah. Di Jatim, kata Suwarto, jumlahnya ada 48 unit.
"Tersebar mulai dari Banyuwangi, Pacitan, Madura, dan Tuban. Jadi merata di seluruh kabupaten/ kota di Jatim," ujarnya.
Selain itu, ada seismograf yang juga sudah terpasang dan tersebar di Jawa Timur. Seismograf memiliki fungsi untuk merekam ketika terjadi gempa bumi. Alat ini berfungsi untuk mendapatkan data yang nantinya akan diolah untuk memperoleh parameter gempa.
"Jadi nanti kita tahu episenternya di mana. Di Jatim ada 50 titik (seismograf) kita pasang juga," kata Suwarto.
Belum lagi alat pendeteksi gempa lainnya seperti Intensity Meter. Suwarto mengungkapkan, di Surabaya saja, Intensity Meter yang dipasang jumlahnya mencapai 15 unit. Alat ini banyak dipasang di Surabaya tiada lain karena adanya sesar Kendeng yang aktif di sepanjang Waru-Surabaya.
"Hasil penelitian dan kajian sesar Kendeng ini termasuk sesar aktif terjadi pergerakan. Dari peta pusat studi gempa nasional ini termasuk aktif. Tapi pergerakannya tidak signifikan mungkin setahun hanya dua sentimeter," ujarnya.