Rabu 26 May 2021 14:08 WIB

Mengapa Populasi AS dan Yahudi Semakin Dukung Palestina

Kemerdekaan Palestina dari pendudukan Israel tinggal masalah waktu.

Sejumlah warga Yahudi ortodoks turun ke jalan menggelar aksi dukungan untuk rakyat Palestina dari agresi Israel, di New York, Sabtu (15/5) waktu setempat.
Foto:

Oleh : Denny JA, Kolumnis/Akademisi/Konsultan Politik

Dalam video itu, leher Floyd ditekan oleh dengkul polisi kulit putih walau Floyd sudah mengiba ia tak bisa bernapas. Akhirnya, Floyd wafat.

“Kurang ajar! Brutal! Murahnya nyawa kulit hitam! Aneka kemarahan bergema di media sosial.

Protes di seantaro Amerika Serikat meluas walau pada era pandemi. Aksi protes ini bahkan dianggap terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Diperkirakan sebanyak 15-20 juta populasi di seantero Amerika Serikat turun ke jalan pada 2020. Isu keadilan bagi yang tertindas meluas.

Kini, gerakan Black Live Matters di Amerika Serikat menjadi pendukung utama keadilan bagi Palestina. Gerakan ini secara terbuka menyatakan dukungannya. (3)

Bagi mereka, bangsa Palestina mengalami nasib yang sama dengan kulit hitam pada masa lalu. Ia bangsa yang dianiaya. Bangsa yang dizalimi. Bangsa yang diperlakukan tak adil.

Mereka menggaungkan solidaritas. Bahkan, sejak Jesse Jackson, tokoh utama kulit hitam mencalonkan diri menjadi Presiden AS,  pada 1988, ia sudah menyatakan mendukung hak asasi bangsa Palestina.

Kampanye solidaritas kepada sesama kelompok yang tertindas, yang dikampanyekan Black Live Matters ikut menambah simpati populasi Amerika Serikat kepada Palestina. Ini terjadi terutama di kalangan populasi kulit hitam.

Kedua, berubahnya persepsi David versus Goliath. 

Cukup lama tertanam dalam kesadaran kolektif bahwa bangsa Israel adalah si kecil David. Dan, bangsa di luar Israel, termasuk Arab, adalah raksasa Goliath. Raksasa murka dan kejam.

Hollocoust pada masa Hittler tahun 1940-an menyebabkan ratusan ribu, bahkan jutaan Yahudi dibunuh massal. Genosida.

Ditambah lagi kisah eksodus kitab suci pada zaman Nabi Musa. Komunitas Yahudi bersusah payah terusir dari Mesir.

Citra itu yang terbentuk. Bangsa Yahudi adalah bangsa yang ditindas. Simpati publik datang pada bangsa yang ditindas.

Tapi, kini persepsi semakin berubah. Yahudi dan negara Israel bukan si kecil David lagi. Negara Israel justru kini paling perkasa secara militer di Timur Tengah.

Tak hanya perkasa. Israel juga dianggap semena-mena. Ia meluaskan area pemukimannya di West Bank. Mereka acap melanggar hak asasi. Ikut membunuh anak-anak. Ikut membunuh penduduk sipil.

Bahkan di kalangan politisi konservatifnya, Israel ingin pula menguasai keseluruhan Yerusalem. 

“Terlalu!” Begitulah bahasa anak gaul melihat ulah Israel masa kini.

Kini Goliathnya, sang raksasa murka itu, justru Israel. Bangsa Palestina yang menjadi David si kecil. Yang tak bedaya. Yang perlu mendapatkan simpati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement