Sabtu 22 May 2021 21:06 WIB

30 Persen Mutasi Berpotensi Sebabkan Penyebaran Lebih Tinggi

Saat ini ada sekitar 6.600 mutasi Covid-19 di dunia.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Dua orang bocah mengayuh sepedanya di dekat mural bertema COVID-19 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (17/5/2021). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, selama bulan Ramadhan lalu jumlah kasus aktif COVID-19 mengalami penurunan dari 253 kasus pada tanggal 13 April 2021 menjadi 166 kasus pada tanggal 15 Mei 2021 karena adanya pemberlakuan larangan mudik dan penutupan lokasi wisata selama libur lebaran.
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Dua orang bocah mengayuh sepedanya di dekat mural bertema COVID-19 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (17/5/2021). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, selama bulan Ramadhan lalu jumlah kasus aktif COVID-19 mengalami penurunan dari 253 kasus pada tanggal 13 April 2021 menjadi 166 kasus pada tanggal 15 Mei 2021 karena adanya pemberlakuan larangan mudik dan penutupan lokasi wisata selama libur lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa varian baru Covid-19 telah memasuki Indonesia seperti B117, B1617 hingga B1351. Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Kesehatan dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), Ridwan Amiruddin, menyebutkan, saat ini sekitar 6.600 mutasi Covid-19 ada di dunia dan 30 persen di antaranya bisa menyebabkan penularan lebih tinggi.

"Kalau varian baru Covid-19 hampir 6.600-an. Ini angka yang besar, tapi hanya 20 hingga 30 persen di antaranya yang berpotensi menyebabkan penyebaran lebih tinggi," katanya, dalam sebuah diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5).

Baca Juga

Kemudian, dia melanjutkan, dari ribuan mutasi virus ini, tiga di antaranya yang terdeteksi di Indonesia. Ia menambahkan, varian baru virus ini bisa masuk Indonesia karena baik warga negara asing (WNA) maupun warga negara Indonesia (WNI) dari luar negeri hingga pekerja migran bisa masuk ke Tanah Air.  

Terkait potensi penularan mutasi Covid-19 yang ada di Indonesia,  ia mengakui ada peluang. Ia menjelaskan, mutasi virus B117 yang berasal dari Inggris di negara asalnya menular lebih cepat hingga 60 persen.

"Artinya kalau mutasi virus ini masuk ke Indonesia (B117) maka bisa juga berpotensi (menular lebih cepat)" kata pria yang juga epidemiolog tersebut.

Ia menambahkan, mutasi virus pasti terjadi untuk mempertahankan hidup. Kendati demikian, dia menambahkan, belum cukup bukti bahwa meskipun angka kematian akibat mutasi Covid-19 lebih besar.

Di lain pihak, dia mengingatkan Indonesia meningkatkan kewaspadaan adanya varian baru. Sehingga, ia berpesan jangan sampai Indonesia menghentikan vaksinasi Covid-19 karena adanya varian baru virus ini.

Namun, ia menilai negara ini masih berkutat melandaikan varian virus corona yang lama. "Itu jadi pekerjaan rumah kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement