REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Polda Jawa Barat (Jabar) akan melakukan pendekatan ke pesantren untuk menahan santri agar tidak mudik pada Lebaran 1442 H. Sebab, larangan mudik itu dilakukan untuk kepentingan yang lebih besar.
Karo (Kepala Biro) Operasional Polda Jawa Barat (Jabar), Kombes Pol Stephen M Napiun mengatakan, pihaknya akan melakukan pendekatan secara persuasif ke pesantren agar melarang santrinya mudik. Ia juga meminta forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda) ikut melakukan pendekatan ke pesantren. "Tadi sudah kita bicarakan dengan Pak Kapolres Tasik, dengan Forkopimda untuk melakukan pendekatan ke pesantren," kata dia di Garut, Jumat (30/4).
Berdasarkan informasi yang didapat Republika.co.id, sejumlah pesantren di Tasikmalaya berencana memulangkan para santri kepada orang tuanya masing-masing. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Cipasung di Kabupaten Tasikmalaya, yang rencananya akan memulangkan santri pada 3 Mei.
Stephen mengatakan, pihaknya akan melakukan tindakan jika santri tetap melaksanakan mudik. Tidakan itu berupa karantina bagi para santri. "Tindakannya masih persuasif," kata dia.
Ia tak ingin, ada lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia akibat adanya aktivitas mudik Lebaran. Karena itu, ia meminta semua pihak menahan diri agar tidak mudik. Sebelumnya, Ribuan santri di Pondok Pesantren Cipasung akan dipulangkan kepada orang tuanya masing-masing sebelum hari raya Idul Fitri 1442 H. Rencananya, para santri di pesantren yang berlokasi di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, itu akan dipulangkan pada 3 Mei.
Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung, KH Abun Bunyamin Ruhiat mengaku telah mengetahui adanya larangan mudik, termasuk untuk santri. Namun, pihaknya tetap akan memulangkan santri kepada orang tuanya masing-masing. "Sulit dilakukan. Namanya setahun sekali Idul Fitri itu kan kumpul keluarga. Asal memenuhi prokes, saya rasa tidak akan apa-apa," kata dia, Kamis (29/4).