Selasa 27 Apr 2021 01:31 WIB

Santri Boleh Mudik: Beda Sikap Antara Khofifah dan Ganjar

Para pimpinan pondok pesantren meminta kepada Wapres agar santri dibolehkan mudik.

Sejumlah santri berjalan menuju bus untuk pulang ke daerah asal di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (8/4/2021). Ponpes Lirboyo memasuki libur panjang tahun ajaran baru memulangkan sebanyak 15 ribu santri menggunakan kendaraan yang telah disiapkan dan melarang penggunaan kendaraan umum guna menghindari penularan Covid-19. (ilustrasi)
Foto:

Kepala daerah berbeda dalam menyikapi dibolehkannya santri mudik lebih dulu di luar jadwal larangan mudik. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjadi kepala daerah yang tidak hanya membolehkan tapi bahkan memfasilitasi para santri pulang ke rumah masing-masing.

Khofifah mengatakan, pihaknya memperbolehkan para santri pulang ke rumah masing-masing dimaksudkan agar para pengasuh pondok pesantren maupun keluarga santri tidak merasa khawatir akan ancaman penularan Covid-19. "Jangan ada pengasuh pesantren yang khawatir atau wali santri yang khawatir. Maka semua harus dikoordinasikan," ujar Khofifah, Jumat (23/4).

Khofifah pun terus mengkoordinasikan terkait rencana penyekatan di perbatasan provinsi, dalam upaya mengantisipasi arus mudik lebaran Idulfi 2021. Koordinasi dilakukan karena hal itu berkaitan dengan kepulangan para santri.

"Pada saat yang sama bahwa ada kepulangan para santri. Kalau para santri ini pulang, lalu jalan sudah disekat berarti mereka kan butuh surat pengantar," kata Khofifah.

Berbeda dengan Khofifah, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) meminta para santri menjadi bagian dari tren baik penanganan Covid-19, dengan menahan diri untuk tidak mudik. Dengan tidak mudik, kata Ganjar, para santri akan berkontribusi terhadap upaya untuk mencegah penularan Covid-19.

"Jika mudik, maka akan menimbulkan keramaian dan risiko bisa ikut terpapar juga semakin besar," ungkap Ganjardi hadapan santri Ponpes At-Taqwa, Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (24/4) petang.

Ganjar menjelaskan, pelarangan mudik ini merupakan bagian dari pencegahan penularan Covid-10. "Belajar dari ledakan kasus Covid-19 di India, mohon maaf yang tertular sangat banyak demikian juga yang meninggal dunia," tegas gubernur.

Contoh kasus di India, kata Ganjar, bukan untuk menakut-nakuti, tapi diharapkan bisa membuat para santri bisa lebih mawas diri karena Covid-19 masih menjadi ancaman. Kepada santri At-Taqwa yang berasal dari Ngawi, Medan dan Palembang, Ganjar meminta agar mereka menunda mudik dan menyapa keluarganya secara online dengan video call.

"Jadi enggak usah pulang ya, tetap tinggal di lingkungan pondok, tentunya dengan tetep menjaga protokol kesehatan dan SOP pencegahan seperti tetap menaga jarak, tak berkerumun," tutupnya.

Salah seorang santriwati asal Palembang,  Marlina Sintya Bella mengaku sedih karena tidak bisa mudik dan berkumpul dengan keluarga saat momentum Lebaran nanti. Namun, untuk mengobati kerinduan akan kampung halaman dirinya akan menelpon keluarga.

"Sedih iya, tapi nanti bisa video call dulu untuk mengibati kerinduan itu," katanya.

Adapun, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan, penyekatan untuk mencegah masyarakat mudik sudah mulai dilkukan. Namun, terkait izin santri yang ada di pesantren diperbolehkan mudik, pihaknya masih menunggu petunjuk pelaksanaan (Juklak) dari pemerintah pusat.

"Kasus memang turun tapi jangan lengah. Terkait pesantren ini masih menunggu petunjuk ini baru pengajuan ke Wapres dan lain-lain. Tapi juklaknya dalam rapat Covid-19 belum disampaikan jadi tunggu dulu," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Senin (26/4).

Menurut Emil, penyekatan sudah dilakukan sejak akhir pekan lalu. Bahkan, ada kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan dan diputarbalikkan.

"Ada 300 kendaraan sudah dibalikkanankan di Polres Bandung dari Pasteur. Ini akan terus dilakukan karena pengetatan dilakukan 2 minggu sebelum Idulfitri dan 1 minggu setelah Idulfitri," katanya.

photo
Larangan mudik Lebaran 2021 - (Tim infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement