REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Christina Aryani turut berduka cita atas meninggalnya Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI Putu I Gusti Putu Danny Nugraha akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB). Menurutnya, hal ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah.
"Kasus ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah bahwa situasi di Papua beberapa hari belakangan tidak bisa dianggap biasa-biasa saja," ujar Christina lewat keterangan tertulisnya, Senin (26/4).
Ia mengatakan eskalasi kekerasan makin meningkat di Papua, yang terlihat dengan jatuhnya korban masyarakat sipil maupun aparat dan pejabat, harus menjadi alarm serius untuk memberi tanggapan dan intervensi yang terukur. "Menkopolhukam dalam hal ini perlu mengambil langkah cermat dan terukur untuk segera merespon situasi dan kondisi yang ada," ujar Christina.
Langkah TNI dalam penugasan di Papua juga perlu didukung dengan tingkat kewaspadaan sangat tinggi. Semua pihak tentu tidak menginginkan lebih banyak korban berjatuhan ke depannya, baik dari masyarakat sipil maupun aparat.
"Komisi I memandang perlu untuk segera menggelar rapat terbatas dengan mitra terkait untuk melakukan evaluasi menyangkut langkah-langkah pengamanan yang selama ini dilakukan di Papua. Agar masalah ini tidak berlarut-larut dan guna mencegah jatuhnya lebih banyak korban," ujar politikus Partai Golkar itu.
Baca juga : Tukang Ojek, Guru, dan Kabinda yang Tewas oleh KKB Papua
Badan Intelijen Negara (BIN) merilis kronologi kontak tembak yang membuat Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha, gugur. Danny diserang kelompok separatis dan teroris (KST) Papua saat mengobservasi lapangan untuk mempercepat pemulihan keamanan.
"Kehadiran Kabinda Papua di Kampung Dambet adalah dalam rangka observasi lapangan guna mempercepat pemulihan keamanan pascaaksi brutal KST Papua di wilayah tersebut," ujar Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto, saat dikonfirmasi, Senin (26/4).