Jumat 23 Apr 2021 13:04 WIB

127 WNA India Masuk ke Indonesia Gunakan Pesawat Carter

Kemenkes memastikan WNA India langsung dikarantina dan diswab dua kali.

Orang-orang yang memakai masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona berdiri dalam antrian untuk naik kereta di Lokmanya Tilak Terminus di Mumbai, India, Rabu, 14 April 2021. Sebanyak 127 WNA India melakukan eksodus ke Indonesia menggunakan pesawat carter.
Foto:

Sejumlah negara memang telah melarang penerbangan masuk dari India pascalonjakan kasus Covid-19 di sana. Salah satu negara yang terbaru melarang adalah Kanada.

Pemerintah Kanada melarang penerbangan penumpang dari India dan Pakistan selama 30 hari, mulai Kamis (22/4). Larangan tersebut, yang mulai berlaku mulai pukul 23.30 waktu setempat, dan tidak mempengaruhi penerbangan kargo. Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau memberlakukan larangan setelah seorang politikus sayap kanan terkemuka mengkritik langkah pemerintah, dalam memerangi gelombang ketiga pandemi Covid-19.

Menteri Kesehatan Kanada Patty Hajdu mengatakan, warga India menyumbang 20 persen kasus virus corona dari semua kedatangan internasional. Mereka mewakili lebih dari 50 persen, dari tes virus corona dengan hasil positif yang dilakukan oleh petugas bandara Kanada.

"Dengan mengeliminasi perjalanan langsung dari negara-negara ini, para ahli kesehatan masyarakat akan memiliki waktu untuk mengevaluasi epidemiologi yang sedang berlangsung di kawasan itu dan untuk menilai kembali situasinya," ujar Hajdu.

Menteri Transportasi Omar Alghabra mengatakan, Kanada tidak akan ragu untuk melarang penerbangan dari negara lain jika diperlukan. Perdana menteri Ontario dan Quebec sebelumnya telah mengirim surat kepada pemerintahan Trudeau dan mendesak untuk bertindak tegas terhadap perjalanan internasional di tengah gelombang ketiga pandemi virus corona.

Inggris juga melarang perjalanan internasional dari India, dan memasukkan negara tersebut ke dalam "daftar merah". Sementara Prancis memberlakukan karantina 10 hari untuk pelancong dari Brasil, Chili, Argentina, Afrika Selatan, dan India, sementara Uni Emirat Arab. Prancis juga menangguhkan semua penerbangan dari India, dilansir dari Reuters.

Kondisi di India memang kian memburuk. Setidaknya enam rumah sakit di Ibu Kota India, New Delhi, kehabisan oksigen. Para dokter mengatakan, rumah sakit lain memiliki persediaan oksigen untuk beberapa jam.

Sejumlah pasien Covid-19 meninggal dunia karena tidak mendapatkan oksigen. Sementara lebih dari 99 persen dari semua tempat tidur di perawatan intensif di seluruh rumah sakit telah penuh.

India mencatat penghitungan harian tertinggi di dunia pada Kamis (22/4), yaitu mencapai 314.835 kasus virus corona dan kematian meningkat 2.104. Stasiun televisi NDTV Delhi melaporkan, otoritas negara menghentikan pengiriman tanki oksigen ke negara bagian lain. Sementara beberapa fasilitas dituduh menimbun persediaan oksigen.

Politikus India Saurabh Bharadwaj, yang dirawat di rumah sakit Delhi karena Covid-19, mengunggah permohonan bantuan dalam bahasa Hindi di Twitter. Dia mengatakan, persediaan oksigen di rumah sakit tempat dia dirawat hanya memiliki suplai oksigen untuk tiga jam ke depan.

“Banyak orang yang bergantung pada oksigen dan tanpa oksigen, orang-orang ini akan mati, seperti ikan mati jika tidak ada air. Saatnya bagi semua untuk bekerja sama," ujar Bharadwaj.

BBC melaporkan, Delhi dikenal memiliki salah satu fasilitas perawatan kesehatan terbaik di India. Tetapi rumah sakit di Delhi mulai bertekuk lutut oleh lonjakan kasus virus corona.

Kekurangan suplai oksigen membuat situasi di rumah sakit menjadi tidak terkendali. Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit pemerintah di selatan India mengatakan ketegangan semakin meningkat.

"Pasien mencoba memukul dokter. Mereka menyalahkan dokter atas segalanya dan bahkan manajemen (rumah sakit) juga menyalahkan para dokter. Ini adalah lingkungan yang membuat stres," ujar dokter yang tidak mau disebutkan namanya.

"Saat ini 99 persen oksigen sudah terpakai, dan hanya tersisa 1 persen. Ini situasi yang sangat menyedihkan," ujar dokter tersebut menambahkan.

Peningkatan kematian akibat virus corona membuat keluarga menunggu selama berjam-jam untuk melakukan upacara pemakaman. Kantor berita Reuters melaporkan, satu krematorium Delhi terpaksa membangun tumpukan kayu di tempat parkir untuk mengatasi jumlah jenazah yang datang. Krematorium mengadakan kremasi massal, dan tanpa henti di beberapa kota.

"Selama fase pertama virus corona, rata-rata di sini adalah delapan hingga 10, satu hari mencapai 18. Tapi hari ini situasinya sangat buruk. Tadi malam kami mengkremasi 78 jenazah," ujar Jitender Singh Shunty, yang menjalankan krematorium di timur laut Delhi.

"Empat kali lebih mengerikan virus corona ini. Banyak jenazah di sekitar, menunggu. Kami tidak punya tempat tersisa di krematorium untuk mengkremasi mereka. Ini saat yang sangat buruk," tambah Shunty.

photo
Sebuah lahan kosong diubah menjadi lokasi krematorium jenazah yang meninggal karena Covid-19 di New Delhi, India, Rabu (21/4). - (AP Photo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement