Selasa 20 Apr 2021 11:41 WIB

Tiga Kelompok yang Diharuskan WHO Gunakan Masker Medis

Masyarakat pengguna transportasi publik bisa gunakan masker kain.

Pekerja menyelesaikan pembuatan masker kain. WHO tetap merekomendasikan penggunaan masker, medis atau kain, sesuai kategori masyarakat pengguna di saat pandemi belum berakhir.
Foto:

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia dapat mengendalikan pandemi Covid-19 dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu dapat terwujud jika sumber daya yang dibutuhkan, termasuk vaksin, secara adil.

“Kita memiliki alat untuk mengendalikan pandemi ini dalam hitungan bulan, jika kita menerapkannya secara konsisten dan adil,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers pada Senin (19/4).

Pada kesempatan itu, dia turut mengutarakan keprihatinan atas banyaknya individu berusia 25-59 tahun di seluruh dunia yang terinfeksi Covid-19. Hal itu kemungkinan terjadi karena varian baru virus korona yang lebih menular.

“Butuh sembilan bulan untuk mencapai satu juta kematian, empat bulan untuk mencapai dua juta, dan 3 bulan untuk mencapai tiga juta,” ujar Ghebreyesus.

Ahli epidemiologi WHO Maria van Kerkhove mengungkapkan lonjakan terbaru kasus Covid-19 global termasuk peningkatan infeksi pada kelompok usia yang sebelumnya tak terpengaruh pandemi. “Kami melihat peningkatan tingkat penularan di semua kelompok umur,” ucapnya.

Dia mencatat, pekan lalu dunia melaporkan 5,2 juta kasus Covid-19. Itu merupakan peningkatan tertinggi dalam sepekan sejak pecahnya pandemi.

Dalam konferensi pers tersebut, WHO turut mengundang aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg. Dia mengomentari tentang nasionalisme vaksin. Thunberg mengatakan satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi telah divaksinasi.

Sementara di negara miskin, hanya satu dari lebih 500 orang yang sudah menerima vaksin. “Nasionalisme vaksin itulah yang menjalankan distribusi vaksin. Satu-satunya hal yang benar secara moral untuk dilakukan adalah memprioritaskan orang-orang yang paling rentan, apakah mereka hidup di negara berpenghasilan tinggi atau rendah,” kata Thunberg, dilansir dari Reuters.

“Sangat tidak etis bahwa negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang memvaksinasi orang-orang muda dan sehat jika itu terjadi dengan mengorbankan orang-orang dalam kelompok berisiko dan di garis depan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Thunberg, dilansir Aljazirah.

Thunberg menyumbang 100 ribu euro dari yayasan amalnya kepada Yayasan WHO untuk membantu membeli vaksin Covid-19 bagi 19 negara yang membutuhkan, terutama negara-negara miskin. Thunberg mengutip perkiraan bahwa satu dari empat orang di negara berpenghasilan tinggi telah menerima vaksin Covid-19. Sementara pada saat yang sama satu dari 500 orang di negara berpenghasilan menengah dan rendah telah mendapatkan vaksin.

"Komunitas internasional, pemerintah, dan pengembang vaksin harus meningkatkan permainan mereka dan mengatasi tragedi ketidakadilan vaksin,” kata Thunberg.

"Sama dengan krisis iklim, mereka yang paling rentan perlu diprioritaskan dan masalah global membutuhkan solusi global," ujar Thunberg menambahkan.

Menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian global akibat Covid-19 telah melewati tiga juta pada pekan lalu. Sementara jumlah kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi secara global mencapai 141 juta. Thunberg mengaitkan antara pandemi dan kerusakan lingkungan, yang menurutnya mempermudah virus berbahaya berpindah dari populasi hewan ke manusia.

“Ilmu pengetahuan menunjukkan kita akan mengalami lebih sering, pandemi yang menghancurkan kecuali kita secara drastis mengubah cara kita, dan cara kita memperlakukan alam. Kita menciptakan kondisi ideal untuk penyakit menular dari satu hewan ke hewan lain dan ke kita,” ujar Thunberg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement