Rabu 14 Apr 2021 20:55 WIB

Kepala RSPAD: Anggota DPR Jadi Sampel Vaksin Nusantara

Menurut Budi, anggota DPR menjalani penelitian sesuai dengan protokol penelitian.

RSPAD Gatot Soebroto (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
RSPAD Gatot Soebroto (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Letnan Jenderal TNI dr Albertus Budi Sulistya menyebutkan sejumlah anggota DPR menjadi sampel penelitian vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4). Menurut Budi, para anggota DPR menjalani penelitian sesuai dengan protokol penelitian.

Menurut dia, bila hasil penelitian membuktikan ada perolehan imunitas terhadap Covid-19, baik seluler maupun humoral dengan pemberian vaksin Nusantara, akan menjadi penemuan baru. "Ini menjadi penemuan yang luar biasa dan aman," kata Budi, Rabu.

Baca Juga

Jika bangsa Indonesia memiliki vaksin nasional, apa pun mereknya, baik vaksin Nusantara, Merah Putih, maupun lainnya, Indonesia akan sejajar dengan negara besar. "Indonesia akan sejajar dengan negara-negara besar dan memiliki harga diri bangsa sekaligus akan membantu perekonomian nasional," katanya.

Sebelumnya, Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan alasan dirinya ikut dalam vaksinasi Covid-19 dengan menggunakan vaksin Nusantara, salah satunya vaksin tersebut efektif dalam rangka meningkatkan imunitas. "Rabu pagi, saya bersama puluhan teman lainnya mendatangi RSPAD, tujuannya adalah untuk mengikuti vaksinasi dengan menggunakan vaksin Nusantara. Minat terhadap vaksin Nusantara ini ternyata sangat tinggi, terbukti dengan antrean panjang yang ada," kata Saleh di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan alasan dirinya mau ikut vaksinasi itu, antara lain telah berdiskusi dengan para peneliti vaksin tersebut asal Indonesia maupun Amerika Serikat (AS). Saleh mendapatkan penjelasan utuh terkait dengan vaksin Nusantara dan percaya bahwa vaksinasi tersebut sangat baik dan efektif dalam rangka meningkatkan imunitas.

Kedua, katanya lagi, sudah berbicara dengan orang-orang yang pernah divaksin dengan vaksin Nusantara. Vaksin tersebut tidak memiliki efek samping dan efektivitasnya sangat baik.

"Setelah divaksin, mereka mengukur tingkat imunitas mereka. Terbukti, tingkat imunitas mereka naik cukup tinggi. Mereka lalu merekomendasikan vaksin ini kepada orang lain, termasuk kepada saya," katanya pula.

Saleh mengatakan, bahwa kehadirannya di RSPAD pada Rabu pagi baru pada tahap pengambilan sampel darah. Setelah itu, 7 hari kemudian harus datang kembali ke rumah sakit tersebut untuk disuntik vaksin Nusantara.

Dalam pernyataan terpisah, Kepala BPOM Penny K Lukito, Rabu (14/4), mengungkap dari data evaluasi uji klinis tahap I bahwa sebanyak 71,4 persen relawan vaksin Nusantara mengalami Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).

"Sebanyak 20 dari 28 subjek mengalami KTD, meskipun dalam grade 1 dan 2," ujarnya.

Selanjutnya, dia menambahkan, terdapat KTD grade 3 pada enam subjek dengan rincian, yaitu satu subjek mengalami hipernatremia, dua subjek mengalami peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan tiga subjek mengalami peningkatan kolesterol. Penny kemudian memperinci, seluruh subjek mengalami KTD pada kelompok vaksin dengan kadar adjuvant 500 mikogram dan lebih banyak dibandingkan pada kelompok vaksin dengan kadar adjuvant 250 mikogram dan tanpa adjuvant.

Adapun, KTD yang dilaporkan terjadi adalah nyeri lokal, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, penebalan, kemerahan, gatal, petechiae, lemas, mual, demam, batuk, pilek dan gatal. Ia menambahkan, kejadian yang tidak diinginkan grade tiga merupakan salah satu pada kriteria penghentian pelaksanaan uji klinik yang tercantum pada protokol uji klinik.

"Namun berdasarkan informasi tim peneliti saat inspeksi yang dilakukan BPOM, tidak dilakukan penghentian pelaksanaan uji klinik dan analisis yang dilakukan oleh tim peneliti terkait kejadian tersebut," katanya.

photo
Vaksin Covid-19 - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement