Selasa 13 Apr 2021 16:08 WIB

Vaksin Merah Putih Unair yang Masuki Tahap Praklinis

Uji praklinis vaksin Merah Putih Unair pada hewan disebut berjalan lancar.

Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 ke masyarakat. Upaya menghasilkan vaksin dalam negeri dengan nama Vaksin Merah Putih terus berjalan. Saat ini Unair dan Eijkman disebut paling unggul dalam proses pengembangan Vaksin Merah Putih.
Foto:

Sementara itu, Penny menambahkan bibit vaksin yang sedang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman akan menuju ke tahap praklinis. Eijkman mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform subunit protein rekombinan.

Diharapkan vaksin tersebut dapat memasuki tahap produksi massal pada kuartal ketiga 2022. Menurut Penny, platform subunit protein rekombinan merupakan teknologi pengembangan vaksin yang lebih baru.

Eijkman akan bermitra dengan PT Bio Farma dalam memproduksi massal vaksin itu. "Untuk Bio Farma ini juga sesuatu yang baru tentunya untuk fasilitas produksinya," tutur Penny.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan, ada enam instansi yang mengembangkan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri Merah Putih. Selain Unair dan Eijkman, instansi lainnya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan protein rekombinan, kemudian Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan protein rekombinan adeno virus, hingga Universitas Indonesia (UI) dengan DNA/RNA.

Ia menambahkan, Indonesia harus menguasai berbagai platform yang ada, terutama yang dianggap sebagai suatu kemajuan teknologi vaksin. Misalnya, teknologi DNA/RNA.

"Dari enam yang bekerja ini, ada dua yang perkembangannya paling cepat, yaitu dari LBM Eijkman dengan protein rekombinan, khususnya ekspresi ragi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin PT Bio Farma sudah siap menjadi pihak manufacturing-nya," ujarnya, Selasa (13/4).

Sementara untuk ekspresi mamalia, dia melanjutkan, sebenarnya bibit vaksinnya sudah siap, namun Bio Farma belum siap menangani menggunakan media ini. Dengan demikian, pihaknya kini fokus pada ekspresi ragi.

Bambang berharap bibit vaksinnya bisa diberikan ke Bio Farma sekitar Mei atau bulan depan. Kemudian, ia menyebutkan instansi lainnya yang berproses cukup cepat, yaitu dari Unair yang menggunakan inactivated virus. Dia melanjutlan, Unair telah mendapatkan mitra industri dan ia mendapatkan informasi bahwa Unair masih mengurus prosesnya dengan BPOM.

Lebih lanjut ia menambahkan, kemandirian vaksin membutuhkan peran serta pihak industri. "Karena itu, dalam proses ini,  kami bentuk konsorsium vaksin yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan di luar Bio Farma. Kemudian, beberapa perusahaan secara informal sudah menyampaikan keinginan untuk terjun dalam vaksin manusia, misalnya Tempo Scan Pasific sebagai perusahaan farmasi yang cukup besar, kemudian PT Kalbe Farma," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi BPOM sejak awal dalam bidang perizinan vaksin Merah Putih sudah menawarkan dukungan bantuannya. Bantuan itu di antaranya tidak hanya pendampingan bagi instansi pengembang Vaksin Merah Putih yang diperkirakan cukup siap untuk segera beralih dari tahap good laboratory practice (GLP) menjadi  good manufacturing practice (GMP).

"Karena dari yang saya coba pelajari bahwa (pengembangan vaksin) dari laboratorium ke manufacturing bukan hal yang mudah, artinya tidak bisa dianggap sebagai proses yang biasa saja. Apalagi, Bio Farma belum berpengalaman menerima vaksin dari laboratorium," ujarnya.

Bio Farma biasa menerima bibit vaksin yang sudah dalam bentuk bahan baku (bulk) yang kemudian diolah dalam proses akhir. Bambang berharap tahap pengembangan Vaksin Merah Putih menuju uji klinis bisa dipercepat di masing-masing perusahaan, seperti Bio Farma. Kemudian, dia melanjutkan, BPOM diharapkan bisa membantu proses percepatan uji klinis tersebut.

"Namun, tentunya kita harus mengikuti semua prosedur yang ditetapkan. Karena, ini berbicara mengenai vaksin yang terkait manusia sehingga kalau ada kesalahan bisa mengancam jiwa manusia," katanya.

Oleh karena itu, dia melanjutkan, semua proses perizinan vaksin harus diikuti. Namun, dengan intensitas komunikasi yang tinggi serta saling percaya antara satu pihak dan yang lain, dia berharap tahapan uji klinis bisa dipercepat.

Kemenristek/BRIN berharap vaksin Merah Putih bisa ikut berkontribusi dalam proses vaksinasi Covid-19 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang kemungkinan berlangsung 12-15 bulan.  

photo
Vaksinasi bagi ibu menyusui. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement