Senin 29 Mar 2021 13:27 WIB

Bom Makassar Terindikasi Pelakunya adalah Suami Istri?

Pelaku bom Makassar terindikasi suami istri.

Anggota polisi mengumpulkan sisa serpihan ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian masih melakukan olah TKP serta mengumpulkan serpihan sisa ledakan pada hari kedua pascaledakan bom bunuh diri yang terjadi pada Ahad (28/3/2021) di depan gereja tersebut.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Anggota polisi mengumpulkan sisa serpihan ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian masih melakukan olah TKP serta mengumpulkan serpihan sisa ledakan pada hari kedua pascaledakan bom bunuh diri yang terjadi pada Ahad (28/3/2021) di depan gereja tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Al Chaidar, Pengamat Intelijen dan Terorisme.

Peristiwa menggemparkan di Makassar yang terjadi pada 28 Maret 2021 adalah sebuah bom bunuh diri keluarga.

Bom bunuh diri keluarga ini maknanya adalah bahwa pelakunya terdiri atas pasangan suami istri dan biasanya kalau mereka memiliki anak, akan juga diikutsertakan di dalam operasi amaliah bunuh diri tersebut.

Kalau kita melihat kasus bom Makassar dari perspektif antropologi di mana sebelumnya sudah ada penelitian tentang bom bunuh diri keluarga tahun 2018 yang terjadi di beberapa gereja di Surabaya. 

Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Ternyata Suami Istri, Baru 6 Bulan  Menikah | Indozone.id

Keterangan foto: Terduga pelaku bom bunuh diri di Makassar yang merupakan sepasang suami istri.

Kesimpulan sederhana yang bisa diambil adalah bahwa pelakunya adalah sepasang suami istri. Bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Surabaya dan Sidoarjo. Ledakan terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro 146, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna.

Dunia tersentak oleh fenomena aneh yang tak terjelaskan oleh teori mana pun tentang sikap radikal yang diambil oleh sebuah keluarga, bersama-sama melakukan bunuh diri di tempat yang dipersepsikan sebagai tempat kafir.

Baca juga : MUI Meminta Bom Makassar Tidak Dikaitkan dengan Agama

Pemilihan target gereja menunjukkan betapa ideologi Wahabi tak menghargai nilai kemanusiaan. Ledakan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya, Jawa Timur, diperkirakan terjadi sekira pukul 07.45 WIB. Pelaku diduga seorang ibu yang membawa dua anak usia di bawah lima tahun (balita). Ketiganya tewas seketika di lokasi kejadian. 

Semua serangan teroris biasanya tak melibatkan anak-anak balita sebagai prajurit pelaku perang sektarian terorisme. Tak terpikirkan bagaimana pada awalnya seorang ibu dengan menggandeng dua orang anak usia balita memaksa memasuki ruang kebaktian di GKI Jalan Diponegoro Surabaya pada sekira pukul 07.45 WIB.

Saat itu kebaktian di GKI Jalan Diponegoro Surabaya belum dimulai. Menurut jadwal, kebaktian akan berlangsung pada pukul 08.00 WIB. Ibu dan dua anaknya yang berupaya masuk ke ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang petugas keamanan di pintu masuk GKI di Jalan Diponegoro, Surabaya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement