Senin 29 Mar 2021 00:03 WIB

Siapa Pelaku Bom Makassar dan Apa Motifnya?

Apakah ada kaitan antara pelaku bom Makassar dan bom Surabaya?

Warga menyalakan lilin untuk para korban ledakan bom di Makasar saat aksi solidaritas di kawasan Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Ahad (28/3/2021). Aksi solidaritas tersebut diisi dengan doa bersama untuk para korban ledakan bom di depan Gereja Katedral Makasar, Sulawesi Selatan sekaligus mengajak warga untuk saling menjaga keamanan, persatuan dan kesatuan di Indonesia. 
Foto:

"Saya tidak bisa tahu pasti jenis kelamin pelakunya. Akan tetapi, dari potongan tangannya, pergelangan tangannya, dan jari-jarinya itu putih dan kecil, sepertinya perempuan. Saya juga bandingkan dengan tangan laki-laki, seperti tangan saya, itu sangat berbeda," kata Saele di Makassar, Ahad (28/3).

Saele yang bekerja sebagai penyuluh agama Islam Kemenag Makassar di Kecamatan Mamajang bersama istri, pada Ahad pagi berkendara dari arah Jalan Ahmad Yani setelah melakukan terapi air laut di pantai depan Benteng Roterdam Makassar. Karena kondisi kurang sehat, motornya dikendarai langsung sang istri.

"Seandainya motor kami melaju lebih cepat, kemungkinan kami juga terkena ledakan bom. Kami panik karena lihat potongan tubuh berserakan di mana-mana," katanya yang berada langsung di TKP.

Saat itu, Saele dan istri melihat masih sedikit anggota jemaat keluar dari gereja, atau lebih banyak yang masih di dalam ruangan. Di sekitar lokasi ledakan juga terlihat sepeda motor yang terbakar dan sejumlah warga terluka.

Bom Makassar Terkait Bom Surabaya?

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar terkait bom bunuh diri di Surabaya, beberapa waktu lalu.

"Apa yang terjadi di Makassar, ditinjau dari motifnya, tidak terlepas dari bom bunuh diri yang pernah terjadi di Kota Surabaya yang dilakukan oleh satu keluarga yang terjadi pada bulan Mei 2018 yang lalu," kata Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (28/3).

Dia mengatakan peristiwa itu kembali menyadarkan seluruh bangsa Indonesia bahwa persoalan intoleransi, radikalisme, terorisme, dan berbagai ujaran kebencian harus diatasi lebih sungguh-sungguh. 

Menurut Hasto, hal itu bisa dilakukan melalui pendekatan budaya, pendidikan, kebudayaan, politik, sosial dan hukum.

Semua pendekatan harus ditempuh agar perikehidupan bangsa berdasarkan Pancasila benar-benar menjadi jiwa bangsa. Hingga tidak memberi ruang sedikitpun bagi berkembangnya intoleransi, radikalisme dan terorisme.

PDIP mengajak seluruh komponen bangsa untuk bahu membahu menangkal ideologi kegelapan tersebut. Hasto berharap semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan mengajarkan kebaikan, hidup rukun, toleransi dan hormat menghormati.

Ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo pada Mei 2018 terjadi juga pada Ahad pagi. Ledakan bom terjadi di tiga gereja, yakni di gereja Pantekosta Jalan Athena, Gereja GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Santa Maria. Pelakunya satu keluarga.

Akibat serangan bom secara beruntun di Surabaya itu menewaskan 11 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Operasi penangkapan teroris pun digelar besar-besaran.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement