Jumat 26 Mar 2021 20:55 WIB

Luhut Ungkap 4 Syarat Buka Pintu Bagi Wisman

Pembukaan pintu pariwisata tidak akan dilakukan secara nasional.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan (kanan), Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo (tengah) dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (kiri) memberikan keterangan saat kegiatan Bali Investment Forum bertajuk Rethinking and Reinventing Bali Post COVID-19 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (26/3/2021).
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan (kanan), Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo (tengah) dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (kiri) memberikan keterangan saat kegiatan Bali Investment Forum bertajuk Rethinking and Reinventing Bali Post COVID-19 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (26/3/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mulai membuka pintu wisata bagi wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Pintu wisata terutama akan dibuka khususnya ke Bali.

Menurut Luhut, pertimbangan untuk membuka kembali pariwisata lantaran program vaksinasi saat ini tengah dilakukan pemerintah, termasuk untuk wilayah Bali. "Kapan kita mau buka dengan asing? Itu pembicaraan masih jalan juga. Kami juga melihat mana yang boleh datang ke mari, (yaitu negara) yang (kasus) Covid-nya sudah mulai turun dan (yang sudah mendapat) vaksin juga makin banyak. Sekarang masih dibicarakan mengenai itu," katanya dalam jumpa pers virtual Bali Investment Forum 2021, Jumat (26/3).

Baca Juga

Luhut menambahkan, pemerintah sendiri tengah mengevaluasi kebijakan larangan masuk bagi wisman ke Indonesia melalui rapat pada Sabtu (27/3) besok. Namun, mantan Menko Polhukam itu menegaskan kebijakan untuk membuka pariwisata bagi wisman juga harus menggunakan parameter tertentu dan sifatnya resiprokal. Pembukaan pariwisata pun, lanjut dia, tidak akan dilakukan secara nasional, melainkan per titik, misalnya hanya di Bali saja.

"Jadi mesti kita buat parameter yang sama, di Indonesia atau Bali ini dengan nanti negara asing yang mau masuk ke kita. Jadi kalau misalnya Korea, Qatar, itu sama parameternya dan kami setuju, ya kami bikin travel bubble di situ," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo, menjelaskan sejumlah pertimbangan pemerintah untuk membuka Bali bagi turis asing. Pertama, yakni negara-negara dengan penyebaran Covid-19 dapat ditangani dengan baik serta program vaksinasi di negara tersebut berjalan dengan baik.

"Karena kita ingin mengurangi risiko ketika kita membuka Bali untuk turis asing," katanya.

Pertimbangan selanjutnya, lanjut Angela, yaitu ketersediaan penerbangan langsung (direct flight) dari negara asal wisma ke Indonesia. "Karena dengan direct flight juga mengurangi risiko penyebaran," katanya.

Angela menambahkan, pemerintah juga mempertimbangkan membuka pariwisata Bali untuk turis asing dengan kemampuan finansial yang lebih baik menyusul fokus pemerintah dalam mendorong pariwisata berkualitas (quality tourism). "Selain itu kita berfokus kepada quality tourism, di mana turis-turis itu yang spending-nya lebih tinggi," pungkas Angela.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement