REPUBLIKA.CO, PONTIANAK -- Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) melakukan kunjungan ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) untuk meninjau potensi logam tanah jarang (LTH) yang mineralnya melekat dalam bauksit.
"Potensi bauksit terbesar di Indonesia ada di sini. Kalbar mempunyai potensi bauksit mencapai 66-67 persen dari keseluruhan bauksit yang ada di Indonesia," Kata Deputi Pengkajian Strategi Lemhannas, Reni Mayerni di Kota Pontianak, Kamis (25/3).
LTJ atau unsur tanah jarang adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida ditambah skandium dan itrium. LTJ berada di residu atau limbah. Menurut Reni, limbah ada beberapa tingkatan, yakni limbah ketika pencucian itu sudah ada LTJ dan ketika proses menjadi alumina dan diretmat, itu juga ada LTJ.
Menurut dia, pada masa depan LTJ adalah energi untuk pertahanan. "LTJ sangat berguna untuk pertahanan, contohnya ada pesawat yang kehilangan radar karena LTJ, unsur radio aktif yang ada di situ yang menutupi radar, untuk fungsi pertahanan sangat luar biasa.Reni menjelaskan khusus untuk Kalbar ini merupakan potensi yang sangat besar yg harus dikelola," ujar Reni.
Dia menyebut, keberadaan LTJ merupakan potensi besar bagi Kalbar. Sayangnya, sampai hari ini belum ada peraturan untuk logam tanah jarang. "Yang ada hanya untuk pertambangan," ungkap Reni.
Lemhannas melihat itu merupakan potensi yang sangat besar untuk masa depan. Jangan sampai nanti Indonesia kehilangan potensi yang dimiliki. Pasalnya, menjadi peluang besar bauksit bisa dimanfaatkan untuk radio aktif dan nuklir.
"Sangat disayangkan Kalbar banyak ekspor bauksit ke Cina, anehnya lagi bouksit itu hanya ditumpuk di sana, apakah itu penting bauksitnya atau sebarannya ada yang mereka cari yang lain kita belum bisa memastikan" ujar Reni.