Kamis 25 Mar 2021 13:09 WIB

Perusahaan Didorong Tingkatkan Research and Development

Ke depannya daya saing akan bergantung pada pengembangan produk.

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Friska Yolandha
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan research and development (R&D) dalam pengembangan produk.
Foto: Center for Pharmaceutical Research via AP
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan research and development (R&D) dalam pengembangan produk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan research and development (R&D) dalam pengembangan produk. Bambang berpendapat, ke depannya daya saing akan bergantung pada pengembangan produk.

"Inovasi bisa lahir kalau ada manajemen R&D yang sangat baik. Jadi memang sudah saatnya perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengedepankan R&D," kata Bambang, saat menghadiri webinar Saliva RT-Lamp, Kamis (25/3).

Ia pun mengapresiasi inovasi RT LAMP yang merupakan terobosan dari PT Kalbe Farma. RT-LAMP adalah salah satu alat skrining Covid-19 yang mendeteksi virus pada air liur atau saliva, dan dapat dilakukan untuk keperluan tracing dan testing.

Menurut Bambang, terobosan ini penting karena salah satu masalah yang masih harus diselesaikan di Indonesia adalah meningkatkan kapasitas testing. "Kita semua tahu bahwa kesuksesan kita mengendalikan Covid-19 juga sangat tergantung kepada tingkat testing yang dilakukan. Semakin banyak testing semakin banyak kita bisa mengidentifikasi orang yang positif," kata dia lagi.

Indonesia, lanjut Bambang, perlu mencari cara untuk meningkatkan testing kepada 270 juta masyarakat Indonesia. Kasus di Indonesia tidak bisa disamakan dengan kasus-kasus di negara yang jauh lebih kecil atau negara yang penduduknya berada dalam satu kontinen.

"RT-lamp saliva dalam pandangan saya bisa menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat testing," kata Bambang menegaskan.

Sementara itu, peneliti RT-LAMP Akterono Dwi Budiyati mengatakan teknologi ini dikembangkan untuk memenuhi beberapa tantangan yang ditemukan pada tes swab PCR. Tes PCR sebagai standar pengetesan deteksi Covid-19 saat ini dinilai masih memiliki sejumlah tantangan.

"Tantangan utama adalah pada saat pengambilan sampel yang tidak nyaman. Selain itu, metode ini memiliki risiko penularan terhadap nakes ketika pengambilan sampel. Untuk pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang," kata Akterono.

Sementara itu, RT-LAMP sebagai salah satu alat skrining bisa menggunakan saliva, tidak seperti tes rapid antigen yang seperti tes swab yakni melakukan tes usap pada nasofaring. Saliva, kata Akterono juga bersifat lebih stabil dan hanya memerlukan tabung steril untuk penyimpanan dan pengiriman sampel.

Adapun lima tahap sederhana untuk skrining Covid-19 adalah, diawali dengan pengambilan sampel saliva kemudian diikuti dengan pemrosesan saliva itu sendiri. "Interpretasi hasilnya hanya dengan melihat perubahan warna yang terjadi di dalam tabung reaksi," kata Akterono menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement