REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumumkan, Pemprov Jabar melanjutkan pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Lulut Nambo setelah sebelumnya sempat mangkrak. Dilanjutkannya proyek strategis ini, kata dia, diumumkan langsung setelah memilih mitra baru yang berasal dari Jerman.
Ridwan Kamil mengatakan, kali ini pihaknya sudah memilih mitra baru yakni Euwelle Environmental Technology (EET) dari Jerman. Sebelumnya, pembangunan TPPAS Lulut Nambo sejak 2017 ini dilakukan konsorsium Panghegar Energy Indonesia yang membentuk perusahaan khusus (special purpose company) bersama PT Jasa Sarana, yaitu PT Jabar Bersih Lestari (JBL) dengan mekanisme kerjasama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Namun, menurut Emil sapaan Ridwan Kamil, karena adanya kendala biaya serta teknologi yang tidak tepat, Pemprov Jabar pun akhirnya memilih EET. "Ini adalah arahan saya, memberhentikan investor terdahulu," ujar dia di Gedung Pakuan, Bandung, Selasa (23/3).
Emil mengatakan, pemilihan investor baru ini berdasarkan kajian matang, terutama dengan mempertimbangkan teknologi yang akan digunakan. "Kita memilih lebih teliti. Jangan terbuai oleh hal luar biasa, ternyata enggak ada uang, teknologi ngaco, dan lain-lain," katanya.
Dengan investor baru ini, Emil berharap, TPPAS Lulut Nambo bisa segera beroperasi dengan menerapkan teknologi yang tepat yakni Maximum Yield Technology (MYT). MYT ini dapat mengekstraksi potensi energi maksimum dari sampah rumah tangga dengan kombinasi teknologi pengolahan inovatif yaitu mechanical separation dan biological drying yang menghasilkan RDF, kompos dan biogas.
"Kami akan melihat komitmen pengerjaan. Jika sukses, ini akan ada lagi. Kita butuh 3-4 proyek yang sama," katanya.
Sehingga, kata dia, tak ada sampah tak didaur ulang. "Semua kita bereskan dan bernilai uang," ujarnya.
Emil mencontohkan pihaknya akan menyiapkan pembangunan TPPAS di Karawang, Purwakarta, Cirebon, Indramayu, Kuningan, dan Majalengka.