REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur memetakan sebanyak empat dari 15 kecamatan di wilayah setempat rawan terjadi banjir bandang saat musim hujan berlangsung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Muhamad Zahrowi menyebut, empat kecamatan yang berpotensi terjadi banjir bandang itu adalah Kare, Dagangan, Gemarang, dan Saradan.
"Banjir bandang bisa terjadi saat wilayah dataran tinggi tidak mampu menahan air hujan. Seperti yang terjadi di Desa Nampu, Kecamatan Saradan, belum lama ini," ujar Zahrowi, Selasa (23/3).
Menurut dia, empat kecamatan tersebut tercatat rawan banjir bandang karena letak geografisnya yang ada di lereng Gunung Wilis. Selain banjir bandang, wilayah tersebut juga rawan bencana longsor.
Zahrowi menjelaskan, tidak tertahannya air di wilayah pegunungan disebabkan minimnya daya resap akar pepohonan. Hutan yang gundul mengakibatkan air dari dataran tinggi langsung mengalir ke wilayah yang lebih rendah.
Selain itu, potensi banjir bandang juga dipengaruhi adanya dua sungai besar di empat kecamatan tersebut. Dagangan dan Kare masuk wilayah DAS Bengawan Solo.
Sementara, Kecamatan Gemarang dan Saradan masuk wilayah DAS Sungai Brantas. Ia menilai jika kondisi sungai tidak normal, debit air juga tidak akan tertampung maksimal.
Guna menekan terjadinya potensi banjir bandang dan longsor, Pemkab Madiun melakukan penghijauan di lahan kritis yang ada di sejumlah lokasi lereng Gunung Wilis, seperti yang dilakukan di Desa Cermo, Kecamatan Kare. Di lahan kritis desa tersebut, Pemkab Madiun telah menanam sebanyak 7.000 polibag tanaman akar wangi.
Adapun dipilihnya tanaman akar wangi, selain akarnya yang mampu menahan resapan, setelah berkembang biak, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan secara ekonomis sejumlah bagiannya untuk digunakan warga desa setempat.