REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah sampah di Jakarta yang dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, per hari dari tahun ke tahun trennya terus mengalami peningkatan. Kenaikannya cukup signifikan.
Pelaksana Tugas (plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Syaripudin, Sabtu (20/3), menjelaskan, sampah di Ibu Kota didominasi sisa makanan (53 persen), kemudian plastik (sembilan persen), residu (delapan persen), kertas (tujuh persen) dan lain-lainnya. Namun, Syaripudin tidak merinci mengapa jumlah sampah tersebut trennya meningkat.
Ia hanya menyebutkan, jumlah sampah pada 2014 sebanyak 5.665 ton sampah/hari, 2015 sebanyak 6.419 ton sampah/hari, 2016 sebanyak 6.562 ton sampah/hari, 2017 sebanyak 6.875 ton sampah/hari, 2018 sebanyak 7.453 ton sampah/hari, 2019 sebanyak 7.702 ton sampah/hari dan pada 2020 sebanyak 7.424 ton sampah/hari. "Menuntaskan permasalahan sampah ini tidak dapat dilakukan hanya dari unsur pemerintah saja. Tentu, dibutuhkan upaya bersama masyarakat, dimulai dari pemilahan dan pengurangan sampah rumah tangga, karena sejatinya sampah rumah tangga juga bisa didaur ulang, seperti menjadi kompos, untuk nantinya mampu mengurangi volume sampah yang dihasilkan secara keseluruhan di Jakarta," kata Syaripudin.
Pemprov DKI Jakarta, kata Syaripudin, berupaya mengurangi sampah yang ada di Jakarta dengan rencana pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di dalam kota atau yang biasa disebut sebagai Intermediate Treatment Facility (ITF). Upaya tersebut melibatkan penugasan pembangunan kepada dua BUMD yaitu PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Perumda Pembangunan Sarana Jaya.
ITF yang akan dibangun Pemprov DKI Jakarta, kata Syaripudin, akan ada empat di empat wilayah Jakarta yang nantinya diharapkan dapat mengurangi volume sampah dengan pengolahan berbasis teknologi tepat guna, teruji dan ramah lingkungan. Serta dapat menghasilkan energi terbarukan dengan memiliki kemanfaatan umum atau nilai tambah.
"Adapun titik lokasi ITF yang dibangun, yakni ITF Sunter sebagai pusatnya berdasarkan Pergub 33/2018 penugasannya kepada PT Jakarta Propertindo, ITF Wilayah Layanan Barat berdasarkan Pergub 65/2019 penugasannya kepada PT Jakarta Propertindo, serta ITF Wilayah Layanan Timur dan Selatan berdasarkan Pergub 71/2020 penugasannya kepada Perumda Sarana Jaya," tuturnya.
Lebih lanjut, Syaripudin memaparkan, ITF Wilayah Layanan Barat direncanakan akan mengolah sampah sebesar 2.000 ton per hari dengan efisiensi 80 persen. Untuk pembangunan ITF Wilayah Layanan Barat, PT Jakpro bekerja sama dengan konsorsium PT Wijaya Karya (WIKA)-PT Indoplas Karya Energi (Indoplas).
Proses pemilihan mitra ini sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, terbuka dan transparan karena dipublikasikan di media massa. Untuk ITF di Wilayah Layanan Timur dan Selatan, diperkirakan mampu mereduksi sampah sebanyak 70-90 persen.
Ditambah lagi dengan ITF Sunter sebagai pusatnya yang mampu mengurangi sampah sebanyak 2.200 ton per hari dan menghasilkan energi listrik sebesar 35 Mega Watt (MW). Fasilitas pengelolaan sampah tersebut nantinya dapat meminimalkan ketergantungan daerah terhadap TPST di luar daerah.
"Pengolahan dan pemanfaatan sampah di berbagai wilayah tersebut diharapkan menjadi salah satu solusi atas volume sampah di TPST Bantar Gebang. Selain itu, proyek ini juga mampu menjadi salah satu upaya untuk memanfaatkan sampah menjadi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat Jakarta," ucapnya. Ia juga tidak merinci kapan sejumlah ITF di Jakartatersebut ditargetkan mulai operasi dan manfaatnya bisa dirasakan masyarakat Ibu Kota.