Jumat 19 Mar 2021 13:51 WIB

Awal Hidup Baru Serda Aprilio Perkasa Manganang

PN Tondano kabulkan permohonan pergantian nama dan kelamin Aprilio Manganang.

Serda (K) Aprilia Santini Manganang menangis saat mengikuti sidang penggantian jenis kelamin dan nama secara virtual yang berlangsung dari Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, Jumat (19/3). Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara mengabulkan permohonan pergantian identitas Serda (K) Aprilia Santini Manganang menjadi Serda Aprilio Perkasa Manganang. Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Perubahan nama dan jenis kelamin dilakukan karena Aprilio memiliki kondisi hipospadia. Hipospadia merupakan kelainan bawaan lahir, di mana seseorang yang mengalaminya memiliki kondisi lubang uretra yang tidak terletak di ujung penis (alat kelamin anak laki-laki). Diagnosis penyakit ini, biasanya baru dapat dilakukan saat pasien lahir, dengan tiga kriteria utama yaitu, pertama muara ureter atau lubang kencing tidak berada di ujung penis, kedua penis bengkok dan ketiga ada kelebihan kulit penis bagian atas.

Meski tergolong sebagai penyakit langka di Indonesia, dengan jumlah kurang dari 15 ribu kasus per tahun, hipospadia cukup banyak terjadi di sejumlah negara di dunia. Seperti di Amerika, tercatat satu dari 250 kelahiran bayi laki-laki mengalami kondisi ini.

Bila kondisi tersebut terjadi pada anak, psikolog anak Ine Indriani mengatakan hal pertama yang perlu dilakukan adalah penerimaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, hipospadia biasanya dapat terdeteksi sejak seorang anak dilahirkan. Ine mengatakan setiap orang tua yang menghadapi hal ini pada awalnya tentu berada dalam kondisi sulit, marah, hingga mulai mencari penyebab yang melatarbelakangi penyakit terjadi, bahkan tak jarang pada akhirnya menyalahkan diri sendiri.

“Intinya, yang bisa dilakukan orang tua yang memiliki anak dengan kondisi ini adalah mencoba tenang, tetap calm down, meski ini tidak mudah,” ujar Ine kepada Republika.

Dari sana, orang tua bisa mulai mencari tahu lebih dalam mengenai hipospadia. Konsultasikan kepada dokter, seperti apakah penyakit ini bisa disembuhkan, hingga jika bisa, apa prosedur yang bisa dilakukan, seperti operasi. Kedua, Ine mengatakan agar mencari support system, baik itu dukungan dari profesional maupun secara informal.

Support system secara profesional adalah seluruh profesi yang terkait, seperti dokter, dokter anak, atau jika dibutuhkan psikologi bagi orang tua selama menghadapi situasi ini,” jelas Ine.

Secara informal, dukungan dibutuhkan dari seluruh keluarga, maupun kerabat dekat orang tua anak yang mengalami hipospadia. Dengan dukungan-dukungan tersebut, Ine mengatakan tentunya pikiran jernih dan solusi terbaik mungkin bisa didapatkan.

Lebih lanjut, Ine menyebutkan, bukan tidak mungkin akan ada masalah yang dihadapi para orang tua dengan anak yang memiliki hipospadia saat mereka beranjak dewasa. Meski belum banyak yang diketahui tentang penyakit ini, sebagai contoh, anak memiliki masalah hormon yang membuat kejanggalan seperti tampilan fisik atau perasaan.

Dalam kasus hipospadia yang dialami Aprilio, ia pada awalnya dinyatakan sebagai perempuan hanya dari tampilan fisik dan tidak pernah mendapatkan pemeriksaan medis lebih lanjut sejak kecil karena keterbatasan ekonomi. Ine mengatakan jika yang terjadi dalam kasus ini mungkin dapat dialami atau bahkan sebaliknya, maupun penyakit yang dialami adalah kategori berat sehingga tidak dapat disembuhkan secara total.

Orang tua tentu harus tetap bersikap menerima, memahami, dan mendukung anak sepenuhnya. Jangan membuat anak pada akhirnya merasa tidak didukung, hingga akhirnya menutup diri dari keluarga.

“Orang tua harus mendukung anak dengan hipospadia karena mungkin dia sudah merasa berbeda dan ini bukan sesuatu yang dia inginkan. Jadi perlu terbuka dengan anak, jangan sampai dia akhirnya tidak percaya diri,” kata Ine.

photo
Serda (K) Aprilia Santini Manganang (kanan) mengikuti sidang penggantian jenis kelamin dan penggantian nama secara virtual yang berlangsung dari Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara, di Markas Besar TNI Angkatan Darat, di Jakarta, Jumat (19/3/2021). - (ANTARA/M Risyal Hidayat)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement