Jumat 12 Mar 2021 17:56 WIB

Tes PCR Masih Bisa Kenali Mutasi B117

Ada enam kasus mutasi Covid-19 di Tanah Air yaitu B117 hingga awal Maret 2021.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Varian Virus Corona B117
Foto: Republika
Varian Virus Corona B117

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah mengonfirmasi ada enam kasus mutasi Covid-19 di Tanah Air yaitu B117 hingga awal Maret 2021. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menegaskan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) masih bisa mengenali B117 jika terdapat dalam tubuh manusia. Vaksinasi juga masih bisa menghadapi virus ini.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengakui, perubahan dalam gen virus ini dan menjadi B117 dikhawatirkan alat yang jadi diagnosis molekuler virus yaitu PCR juga akan terganggu. Jadi, PCR sikhawatirkan akan menurun sensitivitasnya dan tidak mampu deteksi virus.

Baca Juga

"Memang dikhawatirkan ada penurunan sensitivitas, tetapi perubahan virus belum signifikan dan belum dianggap belum perlu untuk mengubah PCR. Jadi, B117 dianggap belum perlu mengubah PCR," ujar Amin saat mengisi konferensi virtual BNPB Bertema Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-CoV2, Jumat (12/3).

Kendati demikian, ia mengakui perubahan virus juga bisa menyebabkan antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi bisa menyebabkan kekebalan tubuh tidak lagi mengenali si virus. Sebab, dia melanjutkan, struktur virus sudah berubah sehingga antibodi tidak kenal. Sehingga, dikbawatirkan virus ini tidak bisa dinetralisasi oleh antibodi setelah vaksinasi.

"Sudah dicoba oleh beberapa perusahaan besar, (hasilnya) ini belum secara signifikan. Jadi, vaksin-vaksin yang sekarang sudah beredar itu dianggap masih efektif untuk varian ini," katanya.

Virus corona mengalami beberapa mutasi termasuk B117 yang memiliki karakter yang signifikan bisa menginfeksi manusia dengan kecepatan lebih tinggi. Bahkan, kecepatan penularannya 40 hingga 70 persen lebih cepat dibandingkan virus biasa.

"Karena bisa menginfeksi lebih cepat, dikhawatirkan menular lebih cepat atau menularkan ke lebih banyak orang," ujarnya.

Dia melanjutkan, dari sekian banyak mutasi sebetulnya hanya 4 persen diantaranya yang menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya. Artinya menyebabkan perubahan yang signifikan. Kemudian sebagian besar mutasi yang dialami oleh virus itu akan menyebabkan bahkan kematian virus itu sendiri, atau menjadi lemah atau tidak terjadi apa-apa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement