Selasa 09 Mar 2021 19:24 WIB

BPPT Pasang Pendeteksi Tsunami Baru di Malang

BPPT mengembangkan produk inovasi baru berupa InaBuoy Generasi 3.1

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan BPPT melakukan pemasangan buoy tsunami generasi terbaru di Selatan Malang. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan BPPT melakukan pemasangan buoy tsunami generasi terbaru di Selatan Malang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan pemasangan buoy tsunami generasi terbaru di Selatan Malang. Posisi Buoy MLG berjarak sekitar 138 kilometer (km) dari selatan kota Malang, Jawa Timur, dan berada di kedalaman sekitar 2.042 meter.

Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena berada di dalam cincin api (ring of fire) Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Kondisi geologis ini menjadikan Indonesia rawan bencana gempa tektonik, letusan gunung api dan longsoran bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

Baca Juga

"Oleh karena itu penting untuk memasang buoy sebagai peringatan dini tsunami bagi masyarakat," kata Hammam saat peluncuran tsunami buoy secara daring dalam Rakernas BPPT pada Selasa (9/3).

Hammam menyebut BPPT mengembangkan tiga teknologi peringatan dini tsunami yaitu, teknologi pemantauan berbasis platform buoy (InaBuoy), Indonesia Cable Based Tsunameter (InaCBT) dan Indonesia Coastal Acoustic Tomography (InaCAT). Untuk buoy, saat ini BPPT mengembangkan produk inovasi baru berupa InaBuoy Generasi 3.1 (InaBuoy G3.1) yang dilengkapi advance features untuk keberlangsungan sistem yang lebih lama dan fungsi keamanan.

"Sampai dengan 2024, InaBuoy tsunami direncanakan terpasang dan beroperasi di 13 lokasi meliputi perairan Gunung Anak Krakatau (Buoy GAK), Selatan Selat Sunda (Buoy SUN), Barat Bengkulu (Buoy BKG), Barat Pulau Nias (Buoy GNS), Selatan Cilacap (Buoy CXP), Selatan Malang (Buoy MLG), Selatan Bali (Buoy DPS), Utara Sulawesi (Buoy GTO), NTT Bagian Timur (Buoy KPG), Maluku (Buoy AMB), Talaud (Buoy TAL), Sorong (Buoy SON) dan Utara Papua (Buoy DJJ)," sebut Hammam.

Diketahui, BPPT baru saja memasang InaBuoy G3.1 di selatan Malang (Buoy MLG) menggunakan wahana KR. Baruna Jaya IV pada 7-8 Maret. Pemasangan sistem Buoy MLG diawali deployment OBU (Ocean Bottom Unit) ke dasar laut. OBU dilengkapi dengan peralatan sensor muka air laut dan berfungsi sebagai tsunameter. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan komunikasi dengan OBU guna memverifikasi data pressure sensor OBU serta mendapatkan posisi fix OBU di dasar laut.

Deployment surface buoy yang berfungsi sebagai stasiun relay pengiriman data hasil pengukuran pressure sensor ke stasiun penerima data dilaksanakan sehari kemudian setelah data pressure sensor OBU dan posisi fix OBU sudah terverifikasi.

"Saat ini, sistem Buoy MLG telah aktif berfungsi, data pressure sensor OBU telah diterima oleh surface buoy menggunakan media akustik dan diteruskan dari surface buoy ke stasiun penerima data InaTOC (Indonesia Tsunami Observation Center)," ujar Hammam.

Hammam berharap InaBuoy G3.1 dapat berfungsi lebih awet dan aman karena pergerakannya dapat dilacak. Selain itu, InaBuoy G3.1 menjadi contoh produk inovasi anak bangsa untuk memenuhi kebutuhan mitigasi bencana tsunami.

"Alat ini memberikan data yang kontinu untuk digunakan dalam keperluan mempercepat penyampaian informasi tsunami berbasis pengamatan langsung (real time observation)," jelas Hammam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement