Sabtu 06 Mar 2021 22:42 WIB

Partai Disarankan tak Kongres dengan Calon Tunggal

Sejumlah partai belakangan getol mengusung calon tunggal dalam kongres.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro.
Foto: Republika/Mimi Kartika
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Siti Zuhro, menyarankan setiap partai politik yang ingin mengadakan kongres atau pergantian pengurus tidak mengusung calon tunggal. Tujuannya untuk menciptakan iklim politik yang baik.

"Nantinya para kader akan melihat calon terbaik yang maju pada kongres atau musyawarah nasional tersebut," kata dia, saat diskusi secara virtual yang dipantau di Jakarta, Sabtu (6/3).

Baca Juga

Siti berharap ke depan tidak ada lagi partai politik yang mengerucutkan satu calon tunggal yang diusung pada proses pemilihan dan menganggap calon tersebut unggul dari kader lainnya. Belakangan, ujar dia yang terjadi pada sejumlah partai yakni Golkar, PAN, Demokrat dan Gerindra mengusung satu nama calon tunggal.

Bahkan, PDI-P sebelum musyawarah nasional dilaksanakan sudah diketahui calon tunggal tetap di tangan Megawati Soekarnoputri. Jika kondisi tersebut terus dibiarkan, maka sama halnya masyarakat sedang membangun partai politik yang tidak mudah.

Jika kompetisi kontestasi politik tidak menjadi kekhasan orang Indonesia, sebaiknya dicarikan solusi lain. Tujuannya agar para kader yang juga memiliki hak otonom mendapatkan representasi mereka.

Oleh sebab itu, hak para kader partai jangan sampai dikebiri, ujar dia. "Suara kader jangan dikebiri. Biarkan mereka berjibaku dan merasakan kepemilikan terhadap partai itu," ujar Siti.

Menurutnya, dominasi-dominasi tunggal yang terjadi selama ini di tubuh partai terutama menjelang pemilihan pimpinan harus diputus. Jika hal itu bisa diterapkan, Siti menyakini tidak akan ada kader partai yang menjadi kutu loncat seperti yang banyak terjadi di Tanah Air.

Kesimpulannya, kata Siti, setiap partai politik di Tanah Air harus bisa memberikan kesempatan yang sama bagi semua kader yang memenuhi kualifikasi untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas di tubuh partai politik. "Jadi jangan langsung dikunci misalnya anaknya saja, suami, kerabat dan sebagainya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement