Rabu 03 Mar 2021 13:02 WIB

LDR Perbankan di Solo Raya Capai 126 Persen

BI mengklaim perbankan di Solo Raya tidak kesulitan likuiditas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Lkuiditas perbankan.
Foto:

"Semua indikator likuiditas perbankan bagus. Jadi posisi LDR ini tidak bisa untuk menganalisis risiko likuiditas," imbuhnya.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 di Indonesia telah berdampak pada sektor perekonomian, termasuk perbankan. Menurutnya, selama pandemi ini perbankan mengerem penyaluran kredit dengan menempatkan dana mereka untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) maupun di Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi).

"Kalau yang ditempatkan di BI gede, ini indiktor ekonomi tidak jalan. Itu yang didorong," ujarnya.

Nugroho menjelaskan, kenaikan DPK perbankan dikarenakan masyarakat tidak bisa dan tidak mau bertransaksi lantaran pembatasan kegiatan selama pandemi Covid-19. Sehingga mereka memandang lebih baik uangnya disimpan di bank untuk berjaga-jaga. Kalangan yang mengerem konsumsi tersebut mayoritas masyarakat menengah ke atas. Sedangkan masyarakat menengah ke bawah mendapatkan berbagai insentif dari pemerintah untuk mendorong konsumsi.

Karena itu, Bank Indonesia mengeluarkan pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut berupa pelonggaran loan to value (LTV) untuk kredit properti dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Tidak tanggung-tanggung, pelonggaran LTV mencapai 100 persen untuk pembelian pertama dan bagi bank yang memiliki rasio kredit bermasalah (NPL) di bawah 5 persen. Artinya, uang muka untuk KPR dan KKB bisa nol persen. Kebijakan tersebut berlaku per 1 Maret sampai 31 Desember 2021.

"KKB dan properti menjadi konsen BI karena backward dan forward banyak. Kalau itu terjual, maka banyak rantai yang bergerak," ungkapnya.

Dia mencontohkan, KKB berdampak pada industri kendaraan bermotor, termasuk industri yang memasok suku cadang, aksesories, bengkel, dan sebagainya. Sedangkan KPR berdampak pada industri properti termasuk industri bahan bangunan, tukang bangunan, warung makan di sekitar proyek, dan sebagainya.

Nugroho menyebut, saat ini pertumbuhan KKB di Solo Raya masih terkontraksi, yakni minus 29,57 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Solo Raya sepanjang 2020 juga minus 1,58 persen. BI bakal aktif menyosialisasikan kebijakan pelonggaran makroprudensial tersebut kepada perbankan, Gaikindo, maupun masyarakat umum untuk mendorong perekonomian di Solo Raya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement