REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) mengatakan program vaksinasi Covid-19 yang menargetkan tenaga kesehatan (nakes) Indonesia belum bisa dijadikan parameter penurunan angka kesakitan dan kematian para dokter. Perlu waktu dan data yang lengkap bahwa vaksinasi Covid-19 berhasil mengendalikan penularan dan kematian tenaga medis di Indonesia.
"Kami belum bisa mengatakan bahwa memang ada tren yang menurun terkait angka kematian dokter. Sekali lagi, kami belum bisa katakan korelasi positif dari vaksinasi, perlu ada data dan review juga," kata Ketua Tim Mitigasi PB-IDI yang juga merupakan Ketua terpilih PB-IDI periode 2021-2024 dr Adib Khumaidi dalam acara konferensi virtual PB IDI, Senin (1/3) sore.
Saat ini, dia mengatakan, nakes didukung oleh adanya pelaksanaan vaksinasi. Namun, belum ada data terkait korelasi vaksinasi dan angka kematian dokter.
PB IDI mencatat lebih dari 718 nakes tidak dapat tertolong akibat terpapar Covid-19 hingga per Ahad (28/2). "Lebih dari 718 nakes gugur. Angka kematian tenaga medis ini terus meningkat," katanya.
Ia menjelaskan, nakes yang terbanyak meninggal dunia yaitu dokter yaitu sebanyak 325 jiwa. Menurut catatan IDI, jumlah dokter yang meninggal dunia meningkat kalau dibandingkan dengan gugurnya tenaga kesehatan profesi ini per 17 Januari 2021, yaitu sebanyak 278 orang.
Baca juga : Formasi 44 Bintang Tiga, dan Wakil Panglima TNI tak Penting
Kemudian, dia melanjutkan, tenaga kesehatan lainnya yang tidak tertolong adalah 33 dokter gigi, 234 perawat per 15 Februari 2021, 106 bidan per 10 Februari 2021, 11 apoteker, dan 17 ahli teknologi laboratorium medis (ATLM). "Mudah-mudahan tidak ada lagi kematian nakes," ujarnya.
Ia menegaskan, peran dokter, dokter gigi, dan perawat krusial dalam penanganan Covid-19. "Sehingga, pemerintah diharapkan tetap memberikan satu konsentrasi untuk perlindungan terhadap tenaga kesehatan," ujarnya.