REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang menjadi satu-satunya kota yang mengalami deflasi di Jawa Timur (Jatim). Tercatat, deflasi Kota Malang pada Februari 2021 sekitar 0,01 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Sunaryo mengatakan, terdapat tujuh kota yang mengalami inflasi dan satu wilayah deflasi di Jatim. Inflasi tertinggi dialami Kota Surabaya dengan angka 0,29 persen. "Inflasi terendah di Sumenep sebesar 0,02 persen," kata Sunaryo di Kota Malang, Senin (1/3).
Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan tingkat inflasi di Kota Malang pada Februari acap menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Catatan BPS per 2019 menunjukkan tingkat inflasi Kota Malang pada Januari (0,53 persen) dan Februari (-0,42 persen). Pada tahun berikutnya, tingkat inflasi Kota Malang juga menurun dari 0,41 persen menjadi 0,28 persen.
Adapun tingkat Inflasi Kota Malang pada Januari 2021 sebesar 0,06 persen. "Dan Februari deflasi 0,01 persen," katanya. Menurut Sunaryo, tiket pesawat yang mengalami penurunan harga turut memberikan andil dalam situasi tersebut. Angkutan udara mengalami penurunan harga sebesar 6,294 persen dengan andil 0,07 persen.
Penyumbang deflasi di Kota Malang berikutnya dari harga daging ayam ras. Komoditas ini mengalami penurunan harga pada Februari sekitar 2,07 persen. Hal ini berarti andil deflasi di Kota Malang mencapai 0,02 persen.
Kelompok penyumbang deflasi posisi ketiga berasal dari tahu mentah. Menurut Sunaryo, harga komoditas tersebut sempat menurun sebanyak 4,06 persen. "Dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen," ucap Sunaryo.
Di sisi lain, ada pula sejumlah komoditas utama penyumbang inflasi pada Februari 2021 di Kota Malang. Pertama, komoditas cabai rawit yang mengalami kenaikan 7,44 persen. Bahan makanan ini memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen.
Selanjutnya, kelompok tukang bukan mandor juga turut memberikan kontribusi inflasi di Kota Malang. Kenaikannya sekitar 1,94 persen dengan andil inflasi 0,02 persen.
Penyumbang inflasi terbesar ketiga di Kota Malang dari komoditas cabai merah. Sunaryo menyatakan, bahan ini sempat mengalami kenaikan harga sekitar 13,44 persen. "Dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen," jelasnya.
Wilda Fizriyani