Selasa 23 Feb 2021 14:08 WIB

Kisah Sukses Vaksinasi Israel dan Palestina yang Kurang Dana

Israel menjadi negara terbaik di dunia dalam hal rasio vaksinasi Covid-19.

Seorang warga Israel menerima vaksin virus corona dari staf medis di pusat vaksinasi COVID-19 di Tel Aviv, Israel, Rabu, 6 Januari 2021.
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Seorang warga Israel menerima vaksin virus corona dari staf medis di pusat vaksinasi COVID-19 di Tel Aviv, Israel, Rabu, 6 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Meiliza Laveda, Lintar Satria, Kamran Dikrama

Israel saat ini memimpin dalam hal pelaksanaan vaksinasis Covid-19. Untuk akhir pekan lalu misalnya, lebih dari 82 dosis vaksin diberikan per 100 warga Israel. Rasio itu terbilang besar jika dibandingkan dengan Inggris (26/100 warga), Amerika Serikat (17/100), dan Uni Eropa (5,9).

Baca Juga

Menangnya Israel dalam 'perang vaksin' di dunia dipicu oleh beberapa faktor. Misal, sistem kesehatan universal Israel yang disediakan oleh empat organisasi layanan kesehatan non-profit.

Di Israel, setiap orang harus membayar 'dana sakit' dari tiga sampai lima persen pendapatannya. Selain itu, tingkat digitalisasi yang diterapkan pada sistem kesehatan Israel pun berperan penting.

 

Setiap orang memiliki sistem pencatatan dan penunjukkan secara digital. Itu semua terintegrasi dengan aplikasi, tautan, dan sistem telepon otomatis.

Terpenting, catatan tersebut terhubung langsung dengan database vaksinasi universial kementerian kesehatan. Artinya, saat datangnya waktu untuk vaksinasi, tidak ada prasarana baru yang disiapkan karena semua secara otomatis sudah diatur. Namun, hal itu akan menjadi masalah apabila pasokan vaksin kurang memadai.

Baca juga : Erick: Pemerintah Siapkan Vaksin Gratis Bagi 170 Juta Orang

Sebelum vaksin disetujui, para pejabat telah menandatangani kesepakatan dengan Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca serta mendanai vaksin yang diproduksi dalam negeri dan masih dalam uji klinis. Mereka juga mulai mengamankan pasokan jarum suntik dalam jumlah besar, sebuah strategi vaksin yang diabaikan oleh negara lain, terutama Jepang.

Israel memprioritaskan dengan membeli sebanyak mungkin vaksin dalam periode tercepat. Sampai saat ini, angka pasti itu belum diumumkan tapi laporan dari pers Israel menunjukkan pemerintah membayar antara dua kali lipat dan tiga kali lipat tarif yang berlaku.

Saat vaksin tiba di Bandara Ben Gurion, vaksin langsung dibawa ke fasilitas penyimpanan ultra-freeze yang berpusat di luar bandara. Kemudian pengiriman vaksin segera dilakukan dan terkoordinasi ke sejumlah tempat penting seperti rumah sakit, penjara, pangkalan militer, dan lain-lain. Semua tempat dikelola oleh perawat dari rumah sakit dan klinik setempat serta paramedis yang telah dilatih khusus.

Setidaknya setiap perawat mendapat delapan pasien per jam. Ini berarti pada pekan lalu, lebih dari setengah warga Israel telah menerima dosis pertama dan lebih dari sepertiganya telah menerima dosis pertama dan kedua.

Ada dua aspek strategi vaksinasi Israel yang perlu diperhatikan. Pertama, kriteria peluncuran yang sangat sederhana. Siapa pun yang berusia di atas 60 tahun diundang untuk divaksinasi dalam tiga pekan pertama bersama dengan staf medis dan orang yang tinggal di panti jompo.

Dengan memvaksinasi orang berusia 60 tahun, organisasi kesehatan Israel telah menangani sebagian besar kondisi yang relevan terutama diabetes dan obesitas. “Minimal usia awal yang rendah mencakup hampir semua penyakit penyerta,” kata Kepala Komite Penasihat Kementerian Kesehatan untuk Pandemi dan Vaksin, Dr Boaz Lev, dilansir UnHerd, Selasa (23/2).

Aspek kedua yang perlu diperhatikan adalah peran pemerintah. Sejak awal, kebijakan yang dikeluarkan sangat ketat dan tidak ada pemborosan.

Baca juga : Studi Ungkap Empat Gejala Baru Indikator Covid-19

Kebijakan tersebut memiliki tiga manfaat. Secara tidak sadar, itu akan menghemat uang dalam jangka panjang karena lebih sedikit vaksin yang perlu dibeli. Ini mengurangi tekanan pada sistem penunjukan. Yang tak kalah penting, peran pemerintah dengan cepat memperkenalkan vaksin sehingga dapat mengurangi penularan virus.

Perataruhan besar

Perlu dicatat, keputusan Israel yang memaksakan untuk memvaksinasi warganya selama tiga pekan pertama merupakan pertaruhan besar. Nyatanya taruhan itu membuahkan hasil.

Pembicaraan perihal kurangnya stok vaksin ternyata membuat banyak orang bersiap untuk divaksin. Sebab, mereka khawatir akan menunggu sampai akhir Februari atau Maret untuk dapat memenuhi syarat.

Meski begitu, masih ada tantangan yang perlu Israel hadapi. Contohnya, masalah demografi yang sulit diatasi.

Tingkat vaksinasi di komunitas Arab dan ultra-Ortodoks masih rendah. Padahal tingkat infeksi pada mereka masih tinggi. Selain itu, populasi muda juga menjadi tantangan Israel.

Jika semua orang dewasa divaksinasi, totalnya hanya sekitar 70 persen dari populasi, jauh di bawah perkiraan para ahli yang diperlukan untuk kekebalan kawanan. Pada musim panas diyakini vaksin akan disetujui untuk mereka yang berusia 12 tahun ke atas.

photo
Israel melobi, Indonesia membantah. - (AP/Reuters/berbagai sumber)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement