REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memastikan bahwa tidak ada data yang disembunyikan oleh pihaknya mengenai banjir yang pernah terjadi di Ibu Kota. Hal itu Ariza sampaikan menyusul timbulnya pertanyaan terkait data banjir pada tahun 2016 dan 2017 yang tak ditunjukan Pemprov DKI dalam unggahannya di Instagram dan Twitter.
Adapun pada tahun 2016 dan 2017 merupakan era kepemimpinan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam unggahan Instagram Pemprov DKI pada Sabtu (20/2) lalu, hanya menyajikan data banjir pada 2 Februari 2002, 2 Februari 2007, 17 Januari 2013, 11 Februari 2015, 1 Januari 2020, dan 20 Februari 2021.
"Ini kan fakta dan data, tidak ada data yang disembunyikan, semuanya sesuai data dan fakta, tidak mungkin setiap tahun dipaparkan," kata Ariza di Balai Kota Jakarta, Senin (22/2) malam.
Menurut Ariza, data lengkap mengenai titik-titik banjir dan penanganannya dapat dicek melalui Dinas Komunikasi Informatika dan Statisik (Diskominfotik) DKI Jakarta dan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta. Dia menjelaskan, data yang ditampilkan melalui media sosial tersebut merupakan penanganan banjir besar atau hujan ekstrem saja.
"Data setiap tahun, ada datanya, titik-titiknya ada semua lengkap, silakan cek di Kominfo dan SDA. Ini data (di media sosial) yang ditampilkan data yang banjir besar, yang hujan hujan ekstrem saja," jelas Ariza.
Baca juga : Relawan Beratribut FPI, Munarman: Malas Tanggapi Ruwaibidhah
Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Sabdo Kurnianto memaparkan, pihaknya telah membuat rekap data penanganan kejadian banjir besar di Jakarta dari tahun ke tahun. Data ini, jelas dia, merujuk pada intensitas curah hujan tinggi atau ekstrem, seperti yang terjadi pada tahun lalu dengan curah hujan 377mm/hari.
“Data yang ditampilkan adalah data yang merepresentasikan kejadian banjir besar di Jakarta,” ungkap Sabdo dalam keterangan tertulis resminya, Senin.