Selasa 23 Feb 2021 01:59 WIB

Epidemiolog Sarankan 3T di Level Mikro Diintensifkan

PPKM di level mikro harus didukung 3T secara intensif.

Petugas kesehatan memasukkan sampel lendir kedalam wadahnya usai melakukan tes usap Antigen COVID-19 secara acak terhadap salah seorang pengunjung, di Pasar Dasan Agung, Mataram, NTB, Senin (8/2/2021). Tim Satgas COVID-19 Kota Mataram menyiapkan sekitar 1.100 reagen untuk kegiatan swab test (tes usap) Antigen COVID-19 terhadap masyarakat secara masal dengan pengambilan sampel acak baik di perkantoran maupun fasilitas publik sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 melalui praktik 3T (tracing, testing, treatment).
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Petugas kesehatan memasukkan sampel lendir kedalam wadahnya usai melakukan tes usap Antigen COVID-19 secara acak terhadap salah seorang pengunjung, di Pasar Dasan Agung, Mataram, NTB, Senin (8/2/2021). Tim Satgas COVID-19 Kota Mataram menyiapkan sekitar 1.100 reagen untuk kegiatan swab test (tes usap) Antigen COVID-19 terhadap masyarakat secara masal dengan pengambilan sampel acak baik di perkantoran maupun fasilitas publik sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 melalui praktik 3T (tracing, testing, treatment).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ahli epidemiologi lapangan dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengatakan penerapan praktik 3T (testing, tracing, treatment) harus terus diintensifkan guna mendukung percepatan penanganan pandemi Covid-19. Khususnya 3T di level mikro.

"Peningkatan kapasitas 3T terutama di level mikro harus terus diintensifkan guna menekan risiko penularan dan penyebaran Covid-19," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (22/2).

Baca Juga

Penerapan praktik 3T, juga dapat mendukung suksesnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro yang diterapkan di berbagai daerah. "Jadi untuk mendukung keberhasilan pengendalian pandemi Covid-19 maka 3T harus terus ditingkatkan sesuai dengan standar WHO," katanya.

Yudhi menjelaskan, kendati pada saat ini ada pelonggaran mobilitas guna mendukung roda perekonomian, harus tetap diiringi dengan pratik penerapan 3T. "Kebijakan PPKM skala mikro ini juga sebaiknya bukan hanya memetakan zonasi saja, namun sebagai momentum meningkatkan upaya 3T, karantina, isolasi mandiri, isolasi terpusat, segera merujuk jika gejala sedang-berat atau kritis serta upaya skrining yang harus menjadi perhatian utama," katanya.

Agar kebijakan ini berjalan optimal, kata dia, sangat dibutuhkan kerja sama semua lintas sektor dan dukungan sumber daya yang harus berkelanjutan. Pemerintah juga diminta tidak melupakan bantuan sosial bagi warga yang tengah tidak mampu secara sosial.

Program desa tangguh melawan Covid-19 juga harus bisa dilakukan secara mandiri dan diintensifkan. "Tujuannya agar pandemi COVID-19 ini dapat segera berakhir, tentunya harus tetap dengan dukungan penuh dari pemerintah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement