Senin 22 Feb 2021 06:45 WIB

Pendukung Prabowo di Pilpres Cenderung tak Percaya Vaksin

Kepercaayan pada vaksin jauh berbeda dibanding masyarakat yang mendukung Joko Widodo.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi
Foto: Republika/ Wihdan
Direktur eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi mengatakan pendukung Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019 lalu cenderung memiliki kepercayaan lebih rendah terhadap efektivitas vaksin Covid-19 dibandingkan pendukung Joko Widodo. Hal itu disampaikan Burhanudin saat merilis survei Indikator, menemukan 53,5 persen yang percaya efektivitas vaksin, dan ada 30,3 persen yang menyatakan tidak percaya vaksin dapat mencegah virus Covid-19.

Ia menjelaskan, berdasarkan persentase basis hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) menunjukkan jika masyarakat yang mendukung Prabowo Subianto pada 2019 cenderung tidak percaya efektivitas vaksin. Mereka di kelompok ini sebesar 39,7 persen dan yang percaya sebesar 45,4 persen.

Baca Juga

Jumlah ini jauh berbeda dibandingkan masyarakat yang mendukung Joko Widodo pada Pilpres 2019. Mereka di kelompok ini memiliki tingkat kepercayaan 59,5 persen dan tidak percaya sebesar 24,8 persen.

"Saran saya ke pemerintah, yang divaksin yang di blow up jangan hanya Pak Jokowi, tapi juga Pak Prabowo dan Mas Sandi, Pak Anies misalnya, rame-rame divaksin," kata Burhanudin.

Ia melanjutkan, survei terkait bersediakah masyarakat divaksin, juga responden yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2019, ada 28,1 persen responden yang tidak bersedia. Mereka menilai vaksin tidak efektif. Sedangkan pendukung Jokowi sebesar 22,9 persen.

Baca juga : Tips dan Ide Bisnis Kuliner di 2021

Karena itu, ia mengingatkan masalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap vaksin tidak hanya soal teknis kesehatan. Itu disampaikan Burhanudin, berdasarkan temuan survei Indikator Politik Indonesia tentang kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas vaksin dalam mencegah virus Covid-19.

"Ini temuan ya, artinya problem (kepercayaan) tentang vaksin itu bukan hanya semata-mata problem teknis kesehatan tapi juga problem politik, psikologi, atau sosial ekonomi," kata Burhanudin. 

Berdasarkan sebaran wilayah, orang yang percaya dengan vaksin lebih banyak di perkotaan yakni sebesar 56,8 persen dibandingkan pedesaan 50,3 persen. Sedangkan berdasarkan agama, survei Indikator menemukan orang nonmuslim lebih percaya efektivitas vaksin dengan persentase 78,5 persen. Sedangkan orang beragama Islam sebesar 50 persen dengan tingkat ketidakpercayaan sebesar 33 persen.

"Orang nonmuslim lebih percaya efektivitas vaksin ketimbang orang Islam. Artinya segmennya harus, ini kita harus targetkan lagi buat sosialiasi vaksin," kata Burhanudin.

Ia melanjutkan, orang yang pendidikan menengah ke bawah juga kepercayaan terhadap vaksin lebih sedikit dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Burhanudin menilai, tingkat kekhawatiran kalangan pendidikan menengah ke bawah terhadap Covid-19 membuat tidak begitu yakin terhadap efektivitas vaksin. 

Burhanudin mengatakan, dengan tingkat kepercayaan yang masih cukup rendah ini juga menjadi salah satu masalah dalam program vaksinasi nasional pemerintah. Apalagi dengan target mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity sebesar 70 persen dari populasi penduduk atau 182 juta orang.

Baca juga : Kasus Covid-19 Menurun Akibat Testing Anjlok Pekan Lalu

Karena itu, ia berharap pemerintah, dan DPR dapat mengantisipasi temuan masalah dalam survei vaksinasi ini.

"Survei kami pakai analisis bivariate dan multivariate. Kami cukup yakin dengan temuan ini. Kami berharap pemerintah, pemda dan DPR punya antisipasi dan mitigasi dalam vaksin," kata Burhanudin.

Survei Indikator Politik Indonesia dilaksanakan pada 1-3 Februari dengan menggunakan sampel sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara aca. Pemilihan acak responden dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2019 hingga Maret 2020. 

Survei menggunakan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen. Adapun tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement