Ahad 21 Feb 2021 23:30 WIB

Survei: 30,3 Persen Masyarakat tak Percaya Vaksin Efektif

Prabowo dan Sandiaga bisa di-blow up untuk sosialisasi vaksin.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ilham Tirta
Petugas bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Feny Selly
Petugas bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei tentang kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas vaksin dalam mencegah Covid-19. Hasilnya, dari 1.200 responden yang disurvei pada 1-3 Februari, sekitar 53,5 persen percaya vaksin dapat mencegah Covid-19. Sementara, 30,3 persen menyatakan tidak percaya.

"Saya betul-betul terganggu dengan temuan ini, saya berharap lebih tinggi yang percaya vaksin efektif, tapi nyatanya data yang kami temukan hanya 53,5 persen, yang tidak percaya besar, yakni 30,3 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi saat merilis survei yang disiarkan secara daring, Ahad (21/2).

Burhanudin mengatakan, tingkat kepercayaan yang masih cukup rendah ini juga menjadi salah satu masalah dalam program vaksinasi nasional pemerintah. Apalagi, target mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity sebesar 70 persen dari populasi penduduk atau 182 juta orang.

Karena itu, ia berharap pemerintah dan DPR dapat mengantisipasi temuan masalah dalam survei vaksinasi ini. "Survei kami pake analisis bivariate dan multivariate, kami cukup yakin temuan ini. Kami berharap pemerintah dan Pemda dan DPR punya antisipasi dan mitigasi dalam vaksin," kata Burhanudin.

Ia juga memaparkan sebaran responden yang percaya dengan tidak percaya dengan efektivitas vaksin dalam mencegah virus Covid-19. Berdasarkan wilayah, orang yang percaya dengan vaksin lebih banyak di perkotaan, yakni sebesar 56,8 persen dibandingkan pedesaan 50,3 persen.

Sedangkan berdasarkan agama, Indikator menemukan orang nonmuslim lebih percaya efektivitas vaksin dengan persentase 78,5 persen. Sedangkan orang beragama Islam yang percaya efektivitas vaksin sebesar 50 persen dengan tingkat ketidakpercayaan sebesar 33 persen.

Orang yang pendidikan menengah ke bawah juga kepercayaan terhadap vaksin lebih sedikit dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Burhanudin menilai, tingkat kekhawatiran kalangan pendidikan menengah ke bawah terhadap Covid-19 membuat tidak begitu yakin terhadap efektivitas vaksin.

Selanjutnya, persentase berdasarkan basis hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) menunjukan jika masyarakat yang mendukung Prabowo Subianto pada 2019 cenderung tidak percaya efektivitas vaksin, yakni sebesar 45,4 persen. Jumlah ini jauh dibandingkan masyarakat yang mendukung Joko Widodo pada Pilpres 2019 dengan tingkat kepercayaan 59,5 persen.

"Saran saya ke pemerintah yang divaksin yang di-blow up jangan hanya Pak Jokowi, tapi juga Pak Prabowo dan Mas Sandi, Pak Anies misalnya rame-rame divaksin," kata Burhanudin.

Survei Indikator Politik Indonesia dilaksanakan pada 1-3 Februari dengan menggunakan sampel sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak. Pemilihan acak responden dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.

Survei menggunakan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement