Rabu 17 Feb 2021 15:38 WIB

Pengamat Minta Panglima TNI tak Berlebihan Sikapi Medsos

Pengamat menyayangkan jika kemajuan teknologi dituding sebagai dalang masalah.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
media sosial (ilustrasi)
Foto: pixabay
media sosial (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya mengomentari pernyataan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahtanto yang menganggap internet bisa jadi sumber kerusuhan dan terorisme. Harits menganjurkan, Panglima TNI tak berlebihan menyikapi internet.

Harits memandang, kehadiran internet termasuk media sosial (medsos) di dalamnya tidak bisa lagi ditolak karena kemajuan zaman. Munculnya internet tak hanya mendatangkan problema. Sebab sebagian manusia menggantungkan internet untuk beraktivitas.

Baca Juga

"Kita harus berimbang menyikapi, agar tidak mendramatisasi satu hal karena sebuah kepentingan dan mengabaikan hal lain. Dampak positifnya sangat banyak untuk kehidupan manusia hari ini. Di sisi lain juga tidak bisa ditampik memang ada  "bakteri atau virus" yang destruktif," kata Harits pada Republika.co.id, Rabu (17/2).

Harits mengajak Panglima TNI bersikap bijak dalam melihat internet dan medsos. Ia menyayangkan jika kemajuan teknologi dituding sebagai dalang masalah.

"Kiranya kita perlu memilah mana sumber masalah dan mana dampak. Jangan sampai hanya karena kekuasaan itu alergi kritik akhirnya produk teknologi dijadikan biang kerok masalah," ujarnya.

Harits merasa, ramainya kritik kepada pemerintah di medsos bukan berarti mengarah pada kerusuhan atau bahkan upaya menggulingkan pemerintah. Kritik itu justru sebaiknya dianggap sarana mendorong perbaikan dan evaluasi pemerintah.

"Rasanya penguasa harus lebih cerdas dan bijak lagi untuk menyikapi perhatian publik terhadap diri mereka," ucap Harits.

Sebelumnya, Panglima TNI mengingatkan kepada prajuritnya soal senjata sosial baru, yakni internet, siber, dan media sosial. Dia menyatakan, kekuatan media sosial telah menggulirkan kerusuhan di beberapa negara.

Panglima TNI menyampaikan, hal tersebut menjadi salah satu isu strategis yang dibahas dalam Rapim TNI 2021 ini. Menurut dia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang telah melahirkan "senjata sosial baru" itu harus menjadi perhatian bersama.

Menurut Hadi, kekuatan internet dan media sosial telah digunakan untuk menyebarkan paham radikalisme dan terorisme. Di mana dunia maya telah menjadi domain untuk perekrutan generasi radikal dan teroris yang juga memanfaatkan media sosial untuk propaganda-propagandanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement