Selasa 16 Feb 2021 18:35 WIB

Santri Negatif Covid-19 di Tasikmalaya Mulai Dipulangkan

Total ada 380 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di lingkungan pesantren.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolandha
Iring-iringan ambulans membawa para santri di salah satu pesantren di Tasikmalaya yang terindikasi positif Covid-19 pada Senin (15/2). Para santri tersebut dibawa ke Hotel Crown di Kota Tasikmalaya untuk menjalani isolasi
Foto:

Asep menambahkan, proses penjemputan santri negatif telah diatur sedemikian rupa agar tetap meperhatikan protokol kesehatan (prokes). Penjemput santri tidak boleh banyak-banyak, hanya hanya satu orang yang jemput. Sebab, posisi santri adalah kontak erat. Artinya saat menunggu hasil uji swab kemarin, mereka belum dipisahkan dengan yang positif.  

Penjemput juga tidak diperkenankan turun dari kendaraan di area pesantren. "Jadi mobil masuk pesantren, santri masuk, mobil jalan lagi. Jadi tidak ada orang yang lama-lama, lihat-lihat pesantren," kata dia.

Terakhir, santri yang dipulangkan juga harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Santri juga mesti lapor ke RT/RW dan puskesmas setempat. Jika dimungkinkan, santri juga diminta melakukan tes swab mandiri untuk memastikan lagi kondisinya.

"Nanti kamar yang kosong akan digunakan untuk santri yang isolasi di pesantren. Jadi santri yang positif isolasinya tidak numpuk," kata dia.

Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf mengatakan, pihaknya melakukan karantina mikro lingkungan pesantren tersebut. Artinya, tak diperbolehkan aktivitas keluar masuk lingkungan pesantren dengan bebas.

"Di jaga oleh aparatur, termasuk dari kelurahan. Yang negatif sudah dipisahkan, ada juga yang dipulangkan," kata dia.

Yusuf mengatakan, klaster pesantren baru memang menjadi permasalahan tersendiri. Namun, ia optimistis klaster pesantren kali ini bisa tertangani dengan baik. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya sudah memiliki pengalaman dalam menangani klaster pesantren. 

 

Ia juga berpesan kepada Kementerian Agama (Kemenag) untuk terus melakuka sosialisasi terkait penerapan prokes ke lingkungan mereka, termasuk pesantren. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement