Jumat 12 Feb 2021 19:02 WIB

Produsen Jet Tempur Rafale Temui Kemenhan Bahas Kerja Sama

Sebelumnya Indonesia dikabarkan ingin membeli 48 jet tempur Rafale.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Sebuah jet tempur Rafale
Foto: EPA-EFE / PHILIPPE LOPEZ
Sebuah jet tempur Rafale

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Dassault Aviation menemui pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) pada Kamis (11/2). Kedua belah pihak membahas soal kerja sama akuisisi pesawat jet tempur multi role Rafale produksi perusahaan asal Prancis itu.

Dilansir dari laman resmi Kemhan, pihak yang mewakili Kemhan dalam pertemuan itu ialah Direktur Jenderal Potensi Perhananan Kemhan, Mayjen TNI Dadang Hedrayudha. Dengan didampingi Dirtekindhan, Laksma TNI Sri Yanto, Dadang menerima kunjungan dari tim Dassault Aviation Prancis.

Baca Juga

"Ditjen Pothan menyambut baik kedatangan tim Dassault dalam rangka kerja sama akuisisi pesawat tempur multi role rafale produksi Dassault Prancis," kata Dadang, dalam keterangan pers, Jumat (12/2).

Dalam keterangan pers Dadang menyatakan, pertemuan itu merupakan perkenalan perusahaan Dassault Aviation Perancis, yang diwakili oleh Vice President Business Development, Jean Claude Piccirillo, dan Vice President Offset Dassault, Michael Paskoff.

Dadang berharap, kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Prancis akan dapat banyak memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Dengan kerja sama itu juga diharapkan dapat memajukan industri pertahanan Indonesia.

"Semua pihak berharap pembahasan Ofset pengadaan pesawat Rafale ini berjalan dalam suasana penuh kekeluargaan dan memberikan kemajuan di kedua pihak, serta segera dapat diwujudkan," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia dikabarkan ingin lekas menyelesaikan kesepakatan pembelian 48 pesawat jet tempur Rafale dengan Prancis. Kedua negara juga disebut berniat melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama pertahanan.

Hal itu dilansir dari situs berita Prancis, La Tribune, pada Jumat (4/12). La Tribune yang mengutip sejumlah sumber mengabarkan negosiasi antarkedua negara berjalan baik terkait penjualan 48 Rafale ke Angkatan Udara Indonesia.

Dalam kunjungan ke Hotel de Brienne pada 21 Oktober lalu Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, disebut kembali menyatakan ketertarikannya pada pesawat tempur buatan Dassault Aviation itu. La Tribune juga mengungkap, Indonesia ingin kesepakatan tercapai sebelum akhir tahun.

"Sementara negosiator Prancis ingin meluangkan sedikit waktu untuk menyelesaikan kesepakatan dengan cara yang cermat," ujar sumber La Tribune.

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dikabarkan tertarik untuk membeli sejumlah pesawat tempur dari luar negeri. Dia dikabarkan tertarik untuk mendatangkan pesawat jet tempur Rafale dari Prancis, pesawat yang mempu membawa berbagai senjata ampuh.

Dilansir dari laman One India, Senin (19/10), Rafale merupakan pesawat tempur jet ganda yang dapat beroperasi dari kapal induk dan pangkalan pantai. Pesawat serbaguna itu juga mampu melakukan semua misi penerbangan tempur.

Misi-misi itu, di antaranya misi air superiority dan pertahanan udara, dukungan udara jarak dekat, serangan mendalam, pengintaian, serangan anti-kapal, dan pencegahan nuklir.

Rafale mulai beroperasi dengan Angkatan Laut Prancis pada 2004 lalu. Kemudian dua tahun berselang, yakni pada 2006, pesawat tersebut mulai digunakan oleh Angkatan Udara Prancis.

Sejak mulai beroperasi, sudah lebih dari 30.000 jam terbang yang sudah dilalui lewat berbagai pertempuran di negara Timur Tengah.

Ada tiga varian utama dari pesawat ini, yakni Rafale C versi kursi tunggal untuk basis darat, Rafale B versi kursi ganda untuk basis darat, dan Rafale M versi kursi tunggal untuk basis kapal induk.

Pesawat tempur ini disebut mampu membawa berbagai senjata ampuh. Rudal Meteor, yakni rudal udara-ke-udara jarak jauh buatan produsen rudal eropa, MBDA, dan rudal jelajah akan menjadi andalan paket senjata jet Rafale.

Meteor sendiri merupakan generasi berikutnya dari BVR air-to-air missile (BVRAAM) yang dirancang untuk merevolusi pertempuran udara-ke-udara. Senjata tersebut dikembangkan oleh MBDA untuk memerangi ancaman umum yang dihadapi Inggris, Jerman, Italia, Prancis, Spanyol, dan Swedia.

Pesawat Rafale versi Angkatan Udara diketahui dapat membawa muatan lebih dari sembilan ton dan versi Angkatan Lautnya dapat membawa muatan hingga 13 ton. Senjata-senjata tersebut berada di jangkauan Sidewinder, Apache, Harpoon, ALARM, PGM100, Magic dan Mica.

Rafale juga dapat membawa rudal antikapal, rudal dari udara-ke-udara, rudal SCALP, dan dapat menembak sasaran di darat lebih dari 300 km. Bahkan, pesawat ini dapat membidik delapan target berbeda pada saat bersamaan.

Pesawat ini juga memiliki pod senjata ganda serta meriam 30mm yang dapat menembakkan lebih dari 2.500 peluru dalam satu menit. Burung besi itu juga dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan pemandu laser untuk rudal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement