Kamis 11 Feb 2021 10:00 WIB

Rekaman Detik-Detik Sebelum Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

KNKT membuka hasil rekaman flight data recorder (FDR) Sriwijaya Air SJ-182.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Petugas mengangkat bagian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 ke dalam mobil di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/1/2021). Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC jatuh di perairan Kepulauan Seribu berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR).
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Petugas mengangkat bagian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 ke dalam mobil di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/1/2021). Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC jatuh di perairan Kepulauan Seribu berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC jatuh di perairan Kepulauan Seribu berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR). Pesawat tipe Boeing 737-500 dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut lepas landas pukul 14.36 WIB dari runway 25R di Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio.

"Setelah tinggal landas, pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya, kemudian FDR merekam sistem autopilot aktif di ketinggian 1.980 kaki," kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam konferensi video, Rabu (10/2).

Baca Juga

Dia melanjutkan, pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin atau throttle sebelah kiri pesawat mundur atau tenaga berkurang. Semenatra itu, throttle sebelah kanan tetap.

Pada pukul 14.38 WIB, pilot pesawat tersebut meminta pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok arah 75 derajat karena kondisi cuaca. Selanjutnya, ATC mengizinkan pesawat tersebut berbelok arah.

Nurcahyo mengatakan, ATC memperkirakan, perubahan arah tersebut akan membuat pesawat yang diawaki dua pilot dan empat awak kabin tersebut berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari landasan pacu 25L dengan tujuan yang sama. "Oleh karena itu, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11 ribu kaki," ujar Nurcahyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement