REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng menilai upaya pengambilalihan kepemimpinan yang dilakukan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko telah gagal. Kader partainya di seluruh daerah saat ini solid berada di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Kalau di Myanmar itu jenderal kudeta presiden dan menteri-menteri. Kalau di sini ada jenderal mau kudeta mayor, gagal pula," ujar Andi dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (6/2).
Kegagalan tersebut terjadi karena adanya kader yang melaporkan adanya pertemuan antara Moeldoko untuk membahas kongres luar biasa (KLB). DPC dan DPD Demokrat di sejumlah daerah bahkan dijanjikan dana yang disebut untuk penanggulangan bencana.
"Kebetulan kawan-kawan ini datang dari daerah bencana, tapi sampai di Jakarta. Ternyata KLB Demokrat kongres luar biasa Partai Demokrat yang intinya Pak Moeldoko siap menjadi ketum," ujar Andi.
Cara yang dilakukan Moeldoko tersebut dinilainya sama seperti pada zaman Orde Baru. Saat pemerintah mengintervensi dan mengambil alih kepemimpinan partai dengan uang dan kuasanya.
"Dia pikir dengan punya uang dia mau merecoki partai lain, terjadi pergolakan, nah dia mau masuk di situ. Ini mekanisme orba," ujar Andi.
Sebelumnya, Moeldoko mengaku marah dengan tudingan yang menyebut dirinya ingin mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat. Ia memberi peringatan kepada pihak-pihak yang melayangkan fitnah kepadanya.
"Juga marah (saya), jadi saya ingatkan, hati-hati. Jangan memfitnah orang, hati-hati, saya ingatkan itu," tegas Moeldoko di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/2).
Menurutnya, tidak tepat jika pertemuannya dengan kader dan mantan kader Demokrat dilihat sebagai upaya kudeta partai. Apalagi, ia bukan merupakan kader yang dapat dipilih menjadi ketua umum.
"Saya ini siapa, saya ini apa (di Demokrat), biasa-biasa saja. Di Demokrat ada Pak SBY ada putranya Mas AHY," ujar Moeldoko.