Sabtu 06 Feb 2021 06:37 WIB

 Genose Diterapkan, Masyarakat Diimbau Pergi Jika Mendesak S

Masyarakat yang bepergian harus mengutamakan protokol kesehatan dan jauhi kerumunan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Agus Yulianto
Calon penumpang kereta api menghembuskan nafasnya ke dalam kantong untuk dites COVID-19 dengan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/2). PT Kereta Api Indonesia akan menggunakan GeNose C19 untuk tes COVID-19 yang hasilnya akan dijadikan sebagai dokumen syarat perjalanan para calon penumpang kereta api jarak jauh mulai Jumat (5/2). Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Calon penumpang kereta api menghembuskan nafasnya ke dalam kantong untuk dites COVID-19 dengan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/2). PT Kereta Api Indonesia akan menggunakan GeNose C19 untuk tes COVID-19 yang hasilnya akan dijadikan sebagai dokumen syarat perjalanan para calon penumpang kereta api jarak jauh mulai Jumat (5/2). Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak Jumat (5/1), alat screening Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau Genose C19 diterapkan di Stasiun Pasar Senen dan Tugu Yogyakarta untuk perjalanan kereta api (KA) jarak jauh. Juru Bicara Menteri Perhubungan Adita Irawati mengimbau, masyarakat hanya bepergian untuk kebutuhan yang mendesak.  

"Jangan anggap oh ada yang murah (alat screening Covid-19) jadi pergi ke mana-mana," kata Adita dalam dalam diskusi virtual pada awal pekan ini melalui Instagram Live Kemenhub. 

Adita menuturkan, masyarakat masih tetap diimbau untuk tetap di rumah saja saat pandemi kecuali ada hal yang mendesak. Jika masih harus bepergian, Adita menegaskan, masyarakat yang bepergian harus mengutamakan protokol kesehatan dan menjauhi kerumunan. 

Peneliti Genose dr Dian K Nurputra mengatakan, pada dasarnya semua pihak termasuk masyarakat harus memiliki komitmen yang sama untuk mengatasi pandemi Covid-19. Komitmen yang kompak tersebut dibutuhkan meskipun saat ini banyak alat yang bisa digunakan sebagai test syarat perjalanan menggunakan transportasi umum. 

"Apapun alatnya kalau niatan kita tidak kompak bersama mengatasi pandemi sama saja tidak akan berakhir. New Zealand tidal pakai macem-macem itu berhasil karena warganya kompak semua," ungkap Dian.

Epidemiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada dr Riris Andono Ahmad menilai, Genose dapat membantu lebih cepat memisahkan masyarakat yang tidak sakit dan sakit. Tetapi, kata Riris, Genose bukan satu-satunya teknologi kesehatan yang bisa memecahkan masalah pandemi. 

"Kita harus menggunakan yang ada secara konsisten baik itu teknologi, vaksinasi, 3M, dan mengurangi mobilitas. Sehingga bisa efektif dalam mengendalikan pandemi," ujar Riris. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement