REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara berharap agar populasi gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) bisa bertahan, meskipun sudah masuk ke dalam daftar spesies terancam punah.
"Kita harus tetap melindungi gajah sumatra dari ancaman kepunahan, karena hal ini bukan hanya jadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga warga masyarakat," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Doni Latuperisa.
Ia menyebutkan pemerintah melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut harus melindungi gajah yang ada di wilayah kerjanya. "Pemerintah melalui BBKSDA Sumut harus mencegah aksi perburuan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab, sehingga satwa yang dilindungi itu dapat terhindar dari ancaman kepunahan," ujarnya.
Doni menambahkan, Walhi Sumut merasa senang mendengar seekor bayi gajah kembali lahir di Conservation Response Unit (CRU) di Tangkahan, Kabupaten Deli Serdang, Perovinsi Sumatera Utara.
"Anak gajah tersebut lahir dengan bobot lebih kurang 69 kg, dan membawa kabar baik bagi masyarakat Sumut," katanya.
Sebelumnya, anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) betina lahir di Pusat Latihan Satwa Khusus Gajah Sumatera di Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) Jefry Susyafrianto, Rabu (3/2) anak gajah dengan tinggi 108 cm dan berat sekitar 69 kg itu lahir dari induk bernama Sari yang berusia 35 tahun pada Senin (1/2) pukul 04.00 WIB. Menurut dia, anak gajah tersebut lahir tanpa bantuan tenaga medis.