REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menduga fenomena dentuman di wilayah Malang sebagai aktivitas petir. Hal ini karena bersamaan dengan musim penghujan sehingga awan bisa membentuk petir.
"Jadi, kemungkinan besar itu yang dugaan masih sementara ini. Kita juga masih koordinasi dengan instansi lain untuk penjelasan yang lebih detail terutama sumber-sumber suaranya darimana," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang, Ma’muri kepada wartawan, Kamis (4/2).
Sebelumnya, BMKG telah menganalisis hasil rekaman seismograf di Jawa Timur (Jatim). Pendeteksi gempa ini tidak menemukan pergerakan atau pergeseran di dalam bumi. Oleh sebab itu, BMKG menduga sementara fenomena dentuman sebagai hasil aktivitas petir.
Menurut Ma'muri, petir di Indonesia pada dasarnya memiliki tiga jenis. Pertama, petir yang berada di dalam satu awan. Ada pula petir antarawan dan yang paling berbahaya itu petir dari awan ke bumi. Petir jenis terakhir merupakan fenomena yang paling sering menyerang BTS atau gedung tinggi.
"Tiga hal itu yang terkait aktivitas petir. Seandainya itu dilihat dari suara dentuman, maka itu (kemungkinan) hanya terjadi di atas, makanya sebaran itu suaranya bisa menyebar kemana-mana," kata dia.
Sejauh ini, Ma'muri menilai, fenomena dentuman di Malang masih dalam kategori aman. Meski demikian, warga diharapkan tetap waspada terutama di musim penghujan.
Untuk diketahui, fenomena dentuman juga dilaporkan terjadi di Lampung, Bali dan Jakarta. Peristiwa di Lampung disimpulkan sebagai aktivitas meteor jatuh sedangkan di Jakarta disebabkan petir. "Macam-macam juga penyebabnya. Belum bisa kita pastikan. Cuma dugaan sementara yang mengarah ke sana," katanya.
Suara dentuman keras kembali terdengar di sebagian wilayah Malang dan sekitarnya, Rabu (3/2) malam. Bahkan, suara tersebut masih terdengar pada Kamis (4/2) pagi meski tidak sekencang sebelumnya.
"Masih terdengar, barusan jam setengah sembilan (pagi) kedengaran," kata Warga Madyopuro, Kedungkandang, Avirista Midada kepada Republika, Kamis (4/2).
Pria disapa Aris ini menjelaskan, dentuman keras kembali terdengar mulai pukul 21.30 WIB, Rabu (3/2). Dentumannya seperti kegiatan proyek pembangunan karena ada suara pukulan secara berulang-ulang. Namun dia memastikan tingkat kekuatan dentuman tidak sekencang Selasa (2/2) malam.