Rabu 03 Feb 2021 03:40 WIB

Perlu Pemetaan Risiko Bangunan di Daerah Rawan Gempa Sulbar

Beberapa wilayah Sulbar secara tektonik terletak di zona jalur lipatan dan sesar.

Sejumlah pekerja mencari sisa puing bangunan sekolah SMK 1 Rangas yang roboh pasca gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (26/1/2021).
Foto:

Ahli geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Benyamin Sapiie menyampaikan bahwa daerah Majene dan Mamuju merupakan daerah aktif deformasi berupa lipatan anjakan, yang melibatkan batuan dasar dan memperlihatkan keaktifan gempa tinggi.

"Gempa Mamuju yang terjadi juga diakibatkan oleh aktivitas sesar naik pada zona fold-thrust-belt di bawah permukaan yang melibatkan batuan dasar, yang merupakan bagian dari zona FTB Sulawesi Barat," tambah Sapiie.

Sementara itu, dari sisi kerusakan bangunan terlihat bahwa gempa yang terjadi pada 14-15 Januari 2021 itu memiliki dampak merusak, meski titik kerusakannya tidak merata.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Iswandi Imran, faktor kerusakan bangunan tertentu dipengaruhi acuan terhadap building code yang mengacu pada SNI 2002 atau sebelumnya. Ia mengatakan, seismic detailing yang terpasang kemungkinan besar tidak memadai untuk zona gempa tinggi.

Seismic detailing biasanya diperhatikan dalam struktur bangunan. Khususnya pada bagian balok dan kolom untuk mempertahankan kekuatan apabila terjadi guncangan.

Imran menegaskan strategi jangka panjang untuk mitigasi risiko pada bangunan yang ada perlu dikaji ulang agar dapat menahan kejadian gempa besar yang mungkin terjadi.

"Perlu disusun peta kerentanan atau risiko bangunan, khususnya bangunan hunian, di wilayah Sulbar," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement