Selasa 02 Feb 2021 17:54 WIB

BPBD Kota Batu Kaji Potensi Longsor di Dusun Brau

Sebanyak 15 KK berada pada kawasan rawan longsor tersebut.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu meninjau Dusun Brau, Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu, Senin (1/2) malam.
Foto: Dok. BPBD Kota Batu
Sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu meninjau Dusun Brau, Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu, Senin (1/2) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, Malang, tengah mengkaji potensi ancaman longsor di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu. Langkah ini dilakukan setelah Alarm Early Warning System (EWS) tanah longsor berbunyi beberapa kali pada Senin (1/2).

Kasi Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim menerangkan, EWS tanah longsor sempat berbunyi dua kali, Senin (1/2) siang. Kemudian kembali bunyi 15 kali pada malam hari dari pukul 18.00 sampai 20.00 WIB. "Setelah pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB alarm EWS tidak berbunyi," jelas Rochim, Selasa (2/2).

Pihaknya menduga adanya gerakan tanah di RT 04/10 Dusun Brau, Desa Gunungsari. Dugaan ini merupakan kesimpulan sementara dari BPBD pada Senin (1/2) malam. Pasalnya, petugas kesulitan melakukan pengamatan di lokasi karena terkendala malam hari.

Sebanyak 15 KK berada pada kawasan rawan longsor tersebut. Informasi terakhir, satu KK (tiga orang) melakukan evakuasi mandiri mengungsi ke rumah orang tuanya. Sementara 14 KK lainnya belum bersedia dievakuasi dan masih bertahan di rumah masing-masing.

Sejauh ini, kata Rochim, warga sudah bersedia untuk disiapkan tempat evakuasi sementara. Tempat ini setidaknya harus aman dan tidak jauh dari rumah warga. Sarana tersebut akan digunakan warga saat terjadi cuaca hujan maupun alarm EWS berbunyi. "Atau adanya kebijakan perintah dari Sistem Komando Siaga Darurat Bencana untuk melakukan evakuasi," ungkapnya.

Berdasarkan data BPBD, Kota Batu tercatat mengalami 38 kejadian tanah longsor selama Januari 2021. Kemudian banjir luapan sekitar empat kali dan retakan tanah satu kejadian. Sementara angin kencang yang mengakibatkan pohon tumbang dan atap rumah ambruk dua kali.

Adapun jumlah kejadian per kecamatan, wilayah Bumiaji paling banyak mengalami bencana. Tercatat, 19 kali tanah longsor, empat kali banjir, dan masing-masing satu kali angin kencang dan retakan tanah. Total 25 kali bencana hidrometeorologi terjadi di Bumiaji selama Januari 2021.

Posisi kedua terdapat Kecamatan Batu dengan 10 kejadian tanah longsor. Terakhir, Kecamatan Junrejo dengan total 10 kejadian bencana hidrometeorologi selama Januari 2021. Dari jumlah ini, sembilan kali tanah longsor dan satu kali angin kencang.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Juanda, Jawa Timur (Jatim) telah mengimbau masyarakat di daerah dataran tinggi lebih waspada di tengah musim penghujan. Hal ini lantaran wilayah tersebut berpotensi mengalami banjir bandang dan tanah longsor.

Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto mengatakan, saat ini seluruh daerah di Jatim telah memasuki musim penghujan. Berdasarkan histori dan prakiraan, musim hujan mulai terjadi di Jatim pada Desember 2020 sampai Februari 2021. "Potensi curah hujan yang terjadi bisa cukup intens, hampir merata di wilayah Jatim," kata Teguh.

Ia pun mendorong masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Waspadai juga hujan yang disertai angin kencang sesaat. Lalu potensi genangan, banjir, banjir bandang dan tanah longsor akibat akumulasi intensitasnya curah hujan periode Desember sampai Februari 2021.

Berdasarkan prakiraan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, curah hujan di Kota Batu termasuk kriteria menengah hingga sangat tinggi. Dengan kata lain, 20 Zona Musim atau ZoM (33,4 persen) berkisar 1.501 sampai 2.000 milimeter (mm). Sementara hari tanpa hujan termasuk dalam kriteria masih ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement