Sabtu 30 Jan 2021 20:53 WIB

CISDI Bantu Lacak Kontak Erat Covid-19 Berbasis Masyarakat

Nakes di Puskesmas punya beban berat untuk pelacakan hingga 20 kontak per hari

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga melintasi mural edukasi pencegahan COVID-19 berbahasa Sunda di Pandeglang, Banten, Selasa (26/1/2021). Mural tersebut bertujuan sebagai media edukasi untuk mengingatkan warga agar menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) guna mencegah potensi penyebaran bahaya COVID-19.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga melintasi mural edukasi pencegahan COVID-19 berbahasa Sunda di Pandeglang, Banten, Selasa (26/1/2021). Mural tersebut bertujuan sebagai media edukasi untuk mengingatkan warga agar menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) guna mencegah potensi penyebaran bahaya COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus positif Covid-19 di Indonesia masih tergolong tinggi. Oleh karena itu, Lembaga Think Tank Bidang Pembangunan Kesehatan Center of Indonesia's Strategic Development Initiative (CISDI) ikut membantu pemerintah melakukan pelacakan kontak erat Covid-19 yaitu dengan mengaktifkan surveillans berbasis masyarakat (SBM).

Direktur Program CISDI Egi Abdul Wahid mengatakan, penyelesaian pandemi ini tidak bisa hanya dilakukan satu pihak melainkan harus melibatkan semua komponen. Tingginya kasus Covid-19 di Tanah Air membuat pihaknya menyadari tenaga kesehatan  (nakes) di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) punya beban yang sangat besar untuk melakukan kegiatan pelacakan kontak erat karena mereka harus menelusuri hingga 20 kontak erat per hari. 

"Kami melibatkan masyarakat kemudian mengaktifkan surveilans berbasis masyarakat (SBM). Kami latih kader dengan usia tertentu dibawah 35 tahun dan pendidikan tertentu untuk memudahkan mereka belajar," ujarnya di konferensi virtual bertema Vaksin bukan Satu-satunya. Apa yang Perlu Dibenahi dari Sistem Kesehatan?, Sabtu (30/1).

 

 

 

Ia menjelaskan, pandemi virus ini menginfeksi orang sehingga masyarakat atau orang yang dekat dengan kehidupan mereka harus dilibatkan. Kemudian, dia melanjutkan, para kader SBM ini membantu nakes puskesmas untuk ikut melakukan surveillans. Tak hanya SBM, pihaknya juga mendorong aparat RT/RW bisa ikut mengelola pendataan kontak erat, termasuk penduduk yang belum memiliki kartu identitas.

Selain itu, pihaknya juga meminta puskesmas melakukan kolaborasi dengan organisasi profesi secara intensif. Sehingga, ketika ada kasus tertentu maka puskesmas bisa melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) kemudian merekrut kader untuk melakukan penelusuran kontak. 

"Oleh karena itu, puskesmas sebagai garda terdepan juga harus mendapatkan komitmen atau investasi lebih karena semua program (pelacakan) ada di puskesmas. Dengan beban yang tinggi, kita harus bisa mengoptimalkan dan mendukung peran mereka," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement