Dengan sigap, Badan Keamanan Laut berupaya memeriksa lebih lanjut dengan menggiring dua kapal raksasa itu ke lokasi yang dinilai lebih memungkinkan dan Pelabuhan Batuampar diBatam yang menjadi pilihan.
Mengingat ukurannya yang besar, maka Badan Keamanan Laut mengerahkan kemampuannya untuk menuntun dua kapal itu ke perairan Batam.
Dalam pemantauan udara yang didokumentasikan dari helikopter TNI AL, Selasa (26/1), sejumlah kapal negara beriringan menggiring dua kapal itu, bergerak dalam formasi dengan MT Horse berada di depan yang dikawal KN Pulau Marore-322 di sisi kanannya dengan jarak 0,5 mil laut.
Berjarak sekitar dua mil laut, di formasi kedua terdapat MT Freya yang dikawal KN Belut Laut-406.
Di depan, kapal-kapal perang TNI AL siap mendukung pengawalan itu saat mendekati perairan Tanjung Pinang, bersama helikopter AS-565 MBEPantherTNI AL yang sedia mengasistensi penahanan kedua kapal asing itu.
Pada Rabu dini hari (27/1), MT Horse dan MT Freya dilegokan di perairan Batuampar,Batam dalam kondisi aman. KN Pulau Marore-322 dan KN Belut Laut-406 terus mengawasi dengan lego jangkar di sekitar kapal tangkapan.
Badan Keamanan Laut kemudian membuat tim penyelidik untuk memperdalam kasus itu. Setibanya dua kapal itu di perairan Batuampardi Batam, tim penyelidik gabungan menyiapkan berbagai aspek teknis untuk pelaksanaan investigasi dengan melibatkan TNI AL, Badan Keamanan Laut, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, KLH, ESDM, dan polisi.
Kabag Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut, Kolonel Bakamla Wisnu Pramandita,menyatakan persiapan investigasi relatif panjang karena dokumen yang harus disiapkan cukup banyak. Bahkan, jenis pelanggarannya pun beragam.
"Setiap pelanggaran tentu membutuhkan dokumen tersendiri, termasuk dua kapal ini, jadi rangkap," katanya. Tim juga membutuhkan penerjemah bahasa Parsi yang rencananya didatangkan dari Jakarta untuk memperlancar proses.