REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paradigma pariwisata di Indonesia telah bergeser, tidak lagi memasuki pariwisata yang masif atau masal seperti pada 1980-an. Keadaan pariwisata sepanjang pandemi Covid-19 ini dan tahun-tahun berikutnya akan terus berkembang, tidak hanya melihat kuantitas pariwisata, tetapi juga kualitas.
Prof Dr Azril Azahari selaku ketua Yayasan Hari Pahlawan Dunia Indonesia dan ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia mengatakan, kondisi pandemi sekarang ini mempercepat pergeseran paradigma pariwisata Indonesia. Paradigma adalah sudut pandang orang melihat sesuatu gejala yang ada di masyarakat dan fenomena.
“Sebelum tahun 1980 pariwisata Indonesia sudah berkembang dan meningkat dimulai dari masa quantity tourism pada sebelum tahun 1980, alternative tourism sejak 1980 – 2000, quality tourism 2000 – 2020, crisis pandemic covid-19 dimulai sejak 2020 – 2021 dan special interest dari 2021 hingga sekarang,” jelasnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Prof Azril mengemukakan hal tersebut saat menjadi nara sumber Talk Show Indonesia Tourism Outlook 2021 dan Beyond, rabu (27/1). UBSI turut berpartisipasi sebagai penyelenggara talk show nasional bidang pariwisata itu.
Ia menegaskan masalah dasar yang membebani sumber daya manusia di pariwisata Indonesia di antaranya, belum tersusunnya RIP SDM Pariwisata, belum tersusunnya perencanaan tenaga kerja pariwisata, dan belum disempurnakannya (revisi) KBJI 2014 sektor pariwisata.
“Keadaan pariwisata Indonesia sedang dalam masa perbaikan destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia dengan memanfaatkan waktu yang ada sepanjang pandemi Covid-19, dan menjadikan hal ini sebagai waktu untuk berbenah diri bagi pariwisata di Indonesia,” ungkapnya.