REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebutuhan jagung dipenuhi dari produksi nasional dan impor. Sayangnya, kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, kenaikan permintaan jagung akan terus terjadi sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan kesejahteraan. Terutama saat pandemi Covid 19, beberapa pembatasan dilakukan salah satunya faktor akses distribusi.
Kendala lainnya, kata dia, adalah produktivitas jagung yang masih rendah menjadi kendala peningkatan produksi. Karena keterbatasan bibit unggul, ketersediaan pupuk dan sarana produksi lainnya.
"Potensi lahan dan kesesuaian iklim untuk penanamaan jagung menjadi faktor penguat perluasan dan peningkatan produksi jagung khususnya di Jawa Barat," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Rabu petang (27/1).
Untuk itu PT Agro Jabar diberikan mandat untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk melalui penggunaan teknologi pertanian berbasis modern dengan benih yang unggul.
Emil menilai, penyediaan benih unggul untuk mendukung pemerintah dalam pengembangan komoditas jagung. Penyediaan benih jagung unggul menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas jagung.
"Sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung di Jawa Barat maupun nasional," kata Emil.
Selain melakukan MoU, pada kesempatan ini dilakukan panen perdana jagung yang dilakukan secara simbolis oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur NTB yang diwakili Sekretaris Daerah Lalu Gita Ariadi, Wakil Gubernur terpilih Sumbar Audi Joinaldy, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan beberapa Kepala Dinas Pertanian 27 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, di Kebun Wanaraja, Kabupaten Garut salah satu unit kebun PT Agro Jabar yang memiliki luas areal sekitar 10,6 hektare.