REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah terus memberikan respons tanggap darurat ke lokasi bencana melibatkan MDMC, Lazismu, dan unsur-unsur persyarikatan lainnya. Namun, selama pandemi, posko-posko didirikan dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
Saat ini, misalnya, MDMC mengoperasikan satu pos koordinasi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Barat. MDMC juga telah mendirikan empat pos pelayanan yaitu di Mamuju, Tapalang, Tapalang Barat, dan Ulumanda di Kabupaten Majene.
Lokasi pos koordinasi dan pelayanan MDMC diatur jadi kawasan wajib masker bagi relawan dan penyintas. Semua yang masuk memakai masker, menjalankan prokes dan disediakan hand sanitizer, tempat cuci tangan dengan sabun, serta air mengalir.
Kampanye wajib bermasker dilakukan dengan menempel peringatan 'Semua Relawan Wajib Pakai Masker' di semua sudut pos koordinasi. Penekanan diberikan setiap hari baik dalam setiap rapat koordinasi maupun dalam interaksi antar relawan.
Usaha lain dilakukan dengan memperketat kriteria relawan, menambah logistik APD bagi para relawan, khususnya tenaga medis, dan membuka klinik khusus relawan. Kemudian, melakukan pemeriksaan sebelum, saat berlangsung dan usai penugasan.
Baca juga : 11 Sunnah Nabi Muhammad SAW yang Mulai Ditinggalkan Umatnya
Koordinator Medis Nasional Tanggap Darurat MDMC, Zuhdiyah Nihayati mengatakan, mereka berusaha senantiasa menjaga ketat prokes selama respon tanggap darurat. Termasuk, di pos-pos koordinasi dan pelayanan yang ada di Mamuju dan Majene.
"Mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung dan risiko penularan bisa terjadi di mana saja, baik di pengungsian, di pos pelayanan, bahkan di pos koordinasi sekalipun," kata Zuhdiyah.
Untuk memastikan kesehatan relawan, setiap sore dilaksanakan skrining kesehatan terhadap semua relawan yang bertugas di posko koordinasi. Skrining meliputi pengecekan suhu tubuh, saturasi oxygen, tekanan darah, dan pemeriksaan dokter.
Relawan berisiko diwajibkan melakukan swab antigen di Balai Lab Kesehatan dan Transfusi Darah, Kompleks RSUD Sulawesi Barat. Wajib pula dilakukan ke relawan yang ada gejala, kontak erat, dan yang akan kembali ke daerah masing-masing.
Bahkan, bagi relawan dari luar Sulawesi, setelah kembali ke rumah masing-masing diwajibkan swab antigen dan karantina mandiri. Zuhdiyah menegaskan, menekan serendah mungkin potensi penularan jadi prioritas selama respon bencana.
"Semua ikhtiar itu dilakukan dengan prosedur yang ketat, terencana dan tertata untuk mengontrol serta mencegah agar layanan-layanan Muhammadiyah, termasuk di Sulawesi Barat tidak menjadi klaster baru penularan Covid-19," ujarnya.